Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/02/07 |
|
Senin, 7 Februari 2022 (Minggu ke-5 sesudah Epifani)
|
|
Seorang teman mantan teller sebuah bank terkenal menceritakan pengalamannya mengikuti pelatihan mengenali uang palsu. Selama tiga hari mereka hanya mempelajari karakteristik uang asli, bukan yang palsu. Filosofinya, jika terbiasa mengenali yang asli, maka semua ketidaksesuaian dengan yang asli pastilah palsu. Agaknya, prinsip mengenali yang asli diabaikan oleh umat Allah pada zaman Yeremia. Selama ratusan tahun, bangsa Yehuda terjebak pada allah dan ibadah yang palsu. Tuhan, Yahwe, adalah Allah yang sejati. Karakteristik-Nya jelas. Dia hidup dan kekal (10), dapat berbicara (13), mahabijaksana (7). Murka-Nya menggentarkan umat manusia (10). Ia menciptakan langit dan bumi (12) serta mengatur segala cuaca (13). Sebaliknya, semua berhala yang tidak memiliki karakteristik Allah adalah allah palsu. Berhala-berhala yang disembah Yehuda pada dasarnya benda mati. Tidak ada nyawa di dalamnya (14). Mereka terbuat dari kayu yang dipahat, dicat dan dihias dengan emas atau perak (3, 4), lalu dikenakan pakaian (9). Berhala-berhala itu tidak dapat berbicara (5), bodoh dan dungu (8). Jelas, mereka tidak dapat menciptakan apa pun (11). Hanya orang bodoh yang beribadah kepada allah palsu. Tindakan itu adalah perbuatan sia-sia. Apa akibatnya jika orang menggunakan uang palsu? Ia mengalami kerugian, sebab uang palsu tidak diterima masyarakat dan ia bisa dihukum penjara. Namun, bila seseorang menyembah allah palsu, kerugiannya adalah kebinasaan. Dirinya mendapat hukuman kekal dari Allah sejati. Saat ini orang-orang Kristen mungkin tidak lagi menyembah patung dari kayu atau batu. Akan tetapi, banyak orang tanpa sadar menyembah berhala-berhala modern, yaitu uang, jabatan, kekuasaan, popularitas, penampilan fisik, pencapaian atau prestasi, kesuksesan, status sosial, game-online, hobi, bakat, dan lain-lain. Berbagai hal itu pun dibenci Tuhan. Segala yang baik bisa menjadi berhala bila kita jadikan sebagai yang utama. Berhati-hatilah agar kita tidak mengganti fokus kepada Allah dengan hal-hal yang fana! Tuhan itu Allah yang cemburu! [PHM]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |