Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/02/09 |
|
Senin, 9 Februari 2015
|
|
Judul: Peka terhadap Sesama Ahli Taurat ini walau tahu firman Tuhan PL yang diintisarikan ke dalam dua hukum kasih, ternyata tidak siap untuk melakukannya dalam hidupnya. Hal ini terlihat jelas dari jawabannya, "Siapakah sesamaku manusia?" (29). Ahli Taurat ini mewakili kebanyakan orang Yahudi pada masa itu, melihat sesama manusia hanyalah sesama Yahudi. Justru perumpamaan Yesus membongkar pemahaman picik tersebut, sekaligus menggugah kepekaan kasih terhadap sesama manusia. Yesus membandingkan para pemuka agama Yahudi dengan orang Samaria yang dianggap ras campuran yang lebih rendah. Imam dan orang Lewi ternyata hanya mampu mungkin bersimpati kepada sesama Yahudi mereka yang kemalangan sementara si Samaria ternyata berempati kepada orang yang secara ras sering menghinanya. Empatinya itulah yang menggerakkan dirinya menolong si malang tersebut, bahkan dengan tidak kepalang tanggung. Dialog babak kedua ini ditutup dengan kemenangan 1-0 Yesus terhadap si ahli Taurat. Si ahli Taurat tidak bisa mengelakkan diri dari pengakuan siapa sesama manusia sesungguhnya. Sehingga dengan otoritas Yesus bisa berkata, "Pergilah, dan perbuatlah demikian." Bagaimana membangun kepekaan terhadap sesama kita? Pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki sungguh-sungguh kasih kepada Allah. Barulah kita bisa mengasihi yang Allah kasihi, yaitu sesama kita. Bisa mengasihi Allah, tentulah lebih dahulu kita mengalami kasih Allah. Sayangnya, semua itu hanya ada secara teoretis di dalam pikiran si ahli Taurat. Mudah-mudah tidak demikian dengan kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |