Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/02/14 |
|
Kamis, 14 Februari 2008
|
|
Judul : Kekekalan Yesus Para pemimpin agama Yahudi tidak tahu lagi harus berbuat apa. Mereka tidak mampu membuat Yesus terlihat buruk di mata orang lain. Akhirnya mereka mencap Dia sebagai orang Samaria dan kerasukan setan. Kedegilan hati membuat mereka benar-benar bingung tentang uraian Yesus tentang asal usul-Nya. Bagaimana mungkin orang yang menghormati Allah bisa kerasukan setan? Lagi pula orang yang menjadikan setan sebagai bapanya pasti akan memiliki karakteristik setan di dalam dirinya. Namun tidak satu pun yang ada di dalam diri Yesus! Lebih lagi mereka memrotes ucapan Yesus yang mengatakan bahwa menuruti firman-Nya berarti tidak akan mengalami maut selama-lamanya. Bapalah yang kelak akan menghakimi hal itu. Yesus juga menjanjikan kehidupan bagi orang-orang yang mau mendengarkan firman-Nya. Kehidupan kekal yang Dia maksud adalah ketika mengatakan \'tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya\'. Bapa dan diri-Nyalah pemilik hidup kekal sebab Ia sudah ada sejak Abraham, nenek moyang Israel, belum lahir ke dunia dan sebelum dunia ini ada. Dalam kekekalan-Nya, Ia mengenal Bapa karena Ia bersama-sama dengan Bapa pada mulanya (ayat 58). Bahkan Abraham menanti-nantikan hari Yesus dan bersukacita ketika melihat hari-Nya. Yang dimaksud adalah Abraham menanti-nantikan hari Allah menepati janji warisan berkat bagi seluruh bangsa yang kemudian digenapi oleh Yesus sendiri. Namun orang Yahudi tetap menolak pengajaran Yesus dan mencoba membunuh Dia. Bila demikian, siapakah sesungguhnya yang dikuasai setan? Bukankah membunuh adalah pekerjaan setan? Mereka yang menolak Yesus berarti menolak Bapa. Itu berarti bapa mereka bukanlah Allah. Respons kita kepada Yesus menunjukkan siapa sesungguhnya yang kita anggap sebagai Bapa kita. Tentu saja pengakuan yang dimaksud bukan pengakuan di bibir saja. Melainkan pengakuan yang didukung oleh sikap dan tindakan yang menunjukkan karakter Yesus ada di dalam kita.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |