Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/02/15 |
|
Selasa, 15 Februari 2011
|
|
Judul: Pelaku kebenaran Ada perbedaan besar antara dua pemimpin agama dengan si orang Samaria, yaitu dalam hal belas kasihan. Ketika dua orang pemimpin agama Yahudi melihat orang yang mengalami kerampokan itu, mereka justru berusaha menghindari dia. Seolah takut dilibatkan, takut terkena risiko, dan ada banyak ketakutan lain. Padahal keduanya adalah orang yang biasa mengajarkan perilaku yang baik sesuai ajaran agama. Namun orang Samaria, yang dianggap rendah oleh orang Yahudi, hatinya tergerak oleh rasa belas kasihan. Ia tidak memikirkan segala risiko maupun konsekwensi yang mungkin muncul bila ia menolong korban perampokan itu. Dan ini terlihat ketika ia sampai merogoh kocek demi perawatan korban perampokan itu. Lalu apa yang ingin diajarkan Yesus kepada ahli Taurat itu melalui kisah orang Samaria? Perumpamaan yang Yesus sampaikan sesungguhnnya merupakan sebuah teguran bahwa yang berkenan di hadapan Tuhan bukanlah orang yang merasa diri menguasai Taurat, tetapi bagaimana dia hidup berdasarkan kebenaran itu sendiri. Sebab itu marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri, sudah seberapa salehkah kita menurut diri kita sendiri? Seberapa aktifkah kita dalam kegiatan pelayanan kerohanian, baik di gereja atau pun di tempat lain? Seberapa rajinkah kita beribadah? Dan sudahkah semuanya itu terlihat dalam perilaku dan kehidupan kita sehari-hari? Melalui perumpamaan ini Tuhan ingin mengajarkan bahwa kasih kita kepada Allah akan terwujud melalui kasih kita kepada orang lain. Iman kita kepada Allah akan terlihat juga melalui bagaimana kita menjadi pelaku-pelaku kebenaran.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |