Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/02/15 |
|
Jumat, 15 Februari 2019 (Minggu ke-5 sesudah Epifani)
|
|
Tahun 2018, yang lalu, adalah tahun politik. Pasalnya, saat itu terjadi pilkada serentak di berbagai tempat di Indonesia. Tentu sudah bukan rahasia, politik adalah permainan pembagian kekuasaan. Pada pesta demokrasi itu, setiap kontestan berhasrat ingin mencicipi kekuasaan dengan berbagai cara. Dampaknya, kita (rakyat biasa) yang menjadi korban. Kita terkoyak dengan wacana yang dimainkan para politisi itu. Bahkan, situasi itu membuat adanya potensi gangguan keamanan. Nas hari ini berhubungan dengan pembagian tanah. Orang Lewi menagih janji Tuhan kepada Yosua agar diberikan tanah sebagai tempat tinggal (2). Dahulu, janji itu diberikan lewat perantaraan Musa. Pembagian tanah itu, tidak mengundang konflik apa pun. Padahal, kerap kali perkara seperti ini menimbulkan sengketa di antara berbagai pihak. Kita tidak melihat ada kecemburuan sosial dari suku yang lain kepada orang Lewi. Apalagi, sesuatu yang bersifat ancaman dan politisasi agama sama sekali hilang dari radar kita. Mengapa hal ini bisa berlangsung aman dan damai? Jawabannya, karena mereka melakukan itu sepenuhnya atas perintah Tuhan. Tiada yang lain! Semangat kompetisi untuk mencari kekuasaan dan menjadi yang terhebat adalah natur kita, manusia berdosa. Persaingan itu terlihat dalam banyak bidang kehidupan kita, misalnya keluarga, organisasi, bahkan di gereja. Semua ini didorong oleh hasrat mementingkan diri sendiri. Entah mengapa, kita sering merasa haus pada usaha mementingkan diri sendiri. Alhasil, kita tidak lagi hidup untuk saling berbagi. Sebaliknya, kita menjadi begitu egois tidak mementingkan sesama. Pusat dunia berubah menjadi kepada "saya" semata. Akibatnya, kita menjadi begitu narsis terhadap diri sendiri. Akun media sosial kita menjadi saksi betapa kita sangat cinta pada diri sendiri. Fenomena ini setidaknya menjadi indikator siapa kita di hadapan Tuhan. Apakah kita menyadari itu? Doa: Tuhan Yesus, didiklah kami agar selalu menempatkan Engkau menjadi pusat. Dengan begitu, hasrat egois kami bisa tenggelam hilang ke dalam naungan kasih-Mu. [JS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |