Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/02/15 |
|
Senin, 15 Februari 2021 (Minggu ke-6 sesudah Epifani)
|
|
Apa yang dihadapi Raja Salomo bukanlah perkara gampang. Tidak ada saksi mata yang bisa dimintai pendapat berkait pertikaian dua ibu yang sedang memperebutkan bayi. Hanya kedua perempuan itulah yang tahu siapakah sesungguhnya ibu dari bayi yang masih hidup itu. Perbedaan usia kedua bayi itu pun cuma terpaut tiga hari. Semua anak biasanya sungguh mirip ketika masih bayi. Keputusan yang diambil Salomo itu memang terkesan adil, meski terasa kejam. Bayangkan raja memberikan perintah untuk membagi bayi itu menjadi dua bagian agar kedua ibu tersebut sama-sama mendapatkan bayi tersebut. Menarik disimak, keputusan raja itu mendapat dua tanggapan berbeda dari ibu bayi tersebut. Ibu yang pertama menentang keputusan raja. Ia lebih rela tidak mendapatkan anak selama anak itu selamat. Sedangkan, ibu lainnya mendukung keputusan raja. Ia pikir itu langkah adil. Ia berkata, "Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!" (1Raj. 3:26). Pada titik ini tahulah raja siapa ibu sejati dari bayi tersebut. Mengapa? Karena seorang ibu pasti sedih melihat kematian anaknya. Pertanyaan yang layak kita ajukan adalah mengapa Salomo mampu mengambil keputusan seperti itu? Penulis Kitab 1 Raja-raja mencatat: "Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan" (28). Menarik disimak, seluruh umat Israel memercayai bahwa apa yang dilakukan Salomo bukanlah hasil olah pikirnya sendiri. Allah telah memberikan hikmat-Nya dalam hati Salomo. Itu berarti Allah terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut, sehingga Salomo dijauhkan dari pengambilan keputusan yang salah. Mengambil keputusan bukan perkara mudah, apalagi jika keputusan itu berpengaruh besar terhadap orang lain. Pada titik ini kita butuh hikmat Allah. Yakobus menegaskan: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah ..." (Yak. 1:5). Ya, mari kita memintanya kepada Allah! [YMI]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |