Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/02/16 |
|
Minggu, 16 Februari 2014
|
|
Judul: Tangis dan tawa Pengalaman menerima anugerah acap kali direspons seperti sedang bermimpi, padahal suatu kenyataan (1). Itulah yang dialami umat Israel yang dimerdekakan dari perbudakan Babel. Bahkan yang diizinkan pulang kembali ke Yerusalem untuk membangun hidup yang baru. Respons yang tepat dengan sendirinya ialah sorak sorai dan tawa ria, serta pengakuan tulus bahwa Tuhanlah yang telah melakukan perkara besar tersebut (3). Bahkan orang lain pun harus mengakui bahwa Tuhan memang telah melakukan perkara besar terhadap umat-Nya (2b). Hal itu tidak berarti masalah sudah selesai. Penderitaan dan kerja keras menanti. Di Yerusalem, umat yang pulang menghadapi tantangan. Tembok Yerusalem perlu diperbaiki, bait Allah perlu dibangun. Tantangan lain datang dari para musuh yang iri akan kemujuran mereka, dan berupaya dengan segala cara untuk menghalangi kemajuan mereka. Oleh karena itu Tuhan membangkitkan para nabi untuk membangunkan semangat mereka untuk terus bersemangat untuk berjuang dan bersandar penuh pada kasih setia Tuhan. Memang, agar tanah dapat menumbuhkan panen, perlu diolah lebih dahulu, lalu perlu ditaburi benih, disiram dan diberi pupuk. Semuanya kerja keras yang melelahkan, bahkan tidak jarang disertai ratap tangis, terutama kalau alam tidak mendukung, hama justru menyerang. Akan tetapi, belajar dari sejarah kasih setia Tuhan. Keyakinan pemazmur ialah bahwa upaya itu tidak akan sia-sia karena anugerah Tuhan terus menerus diberikan. Apakah itu juga keyakinan kita? Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |