Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/02/16 |
|
Jumat, 16 Februari 2018 (Minggu ke-6 sesudah Epifania)
|
|
Seorang dari antara orang banyak itu menjawab, "Bapak Guru, saya membawa anak saya kepada Bapak. Dia bisu karena kemasukan roh jahat. Kalau roh itu menyerang dia, badannya dibanting-banting ke tanah, mulutnya berbusa, giginya mengertak dan seluruh tubuhnya menjadi kaku. Saya minta pengikut-pengikut Bapak mengusir roh jahat itu, tetapi mereka tidak dapat melakukannya (Mrk.1: 17-18 BIMK)." Apa yang disampaikan oleh laki-laki tersebut sesungguhnya tidak menjawab pertanyaan Yesus (16). Dan memang bukan kepentingan laki-laki tersebut untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi antara ahli Taurat dengan para murid Yesus. Kepentingannya adalah mencari kesembuhan bagi anak laki-lakinya yang sejak kecil dirasuk roh bisu dan kejang-kejang. Kitab Matius menyebutkan anak laki-laki tersebut menderita sakit ayan (lih. Mat. 17:15). Dapat kita bayangkan betapa berat menjadi orangtua yang sehari-hari menyaksikan penderitaan anak yang dikasihinya. Ayah si anak laki-laki menuturkan kondisi ini dialami anaknya sejak masa kecil (21). Bukan tidak mungkin ayah dari anak laki-laki ini pernah melewati masa putus asa dan bangkit silih berganti. Namun, kecintaan ayah kepada anaknya dan kesadaran bahwa anak adalah karunia bagi hidupnya membuat ia tidak henti mencari jalan keluar. Ia tidak ingin seperti para ahli Taurat yang terus bersoal jawab tentang mengapa murid Yesus tidak mampu menyembuhkan anaknya. Yang ia mau adalah terus mencari Tuhan untuk kesembuhan. Hidup bersama seorang anak dengan kebutuhan khusus sebagaimana dialami seorang ayah dalam teks bacaan Alkitab ini terus mengajarkan kita mencari Tuhan setiap saat; untuk mencari kekuatan sampai pada batas akhir kekuatan kita. Memang tidak jarang keraguan datang kembali (Mrk.9:24). Akan tetapi, dengan menyadari bahwa apa yang ada pada kita (anak) adalah karunia dari Tuhan sendiri, maka kita tetap mencoba melakukan apa yang harus dilakukan, melakukan lagi hal-hal yang sama, seperti yang pernah kita lakukan setiap harinya. [ETY]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |