Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/02/16 |
|
Sabtu, 16 Februari 2019 (Minggu ke-5 sesudah Epifani)
|
|
Kita hidup dalam dunia yang dibanjiri dengan janji. Televisi dan media sosial, misalnya YouTube, adalah corong janji itu diumbar. Namun sering kali, tebaran janji itu hanya semu. Janji itu akan terpenuhi kalau kita memenuhi syarat yang disodorkannya. Kita terlebih dahulu harus membayarkan sejumlah uang baru kemudian janji itu bisa dirasakan. Bahkan, sering janji itu memanipulasi syarat-syaratnya. Akibatnya, siapa saja yang tidak cermat malah menjadi tertipu. Bacaan kita berbicara tentang janji. Tuhan selalu menepati janji-Nya. Dia tidak mengajukan syarat yang manipulatif. Sebaliknya, syarat pemenuhan janji-Nya cukup sederhana, yaitu melakukan perintah-Nya. Contoh yang paling awal adalah Abraham. Tuhan menjanjikan kepadanya tanah perjanjian asalkan Abraham mau bertindak sesuai firman-Nya. Hal serupa terjadi kepada bangsa Israel. Selama Israel taat pada perintah Tuhan, maka penyertaan dan penggenapan janji-Nya pasti nyata. Tuhan akan membuat semua hal menjadi mudah. Bahkan, jika tantangan musuh datang, mereka tidak akan tahan berdiri menghadapi Israel (43-45). Tuhan menjamin keamanan bangsa Israel. Relasi dengan Tuhan ternyata cukup sederhana, walau sulit dalam praktik. Kita berhubungan dengan dia dijembatani oleh janji-Nya dan ketaatan. Dua hal ini harus berjalan seimbang sama seperti antara hak dan kewajiban. Kita akan mendapatkan hak jika sudah melaksanakan kewajiban. Prinsip ini tidak bisa dibalik. Jika kita mengklaim janji-Nya, maka perintah-Nya pun harus kita eksekusi. Pendeknya, mukjizat itu nyata jika firman-Nya pun dilaksanakan. Hanya ketaatan kita yang bisa membuat Tuhan bertindak, bukan uang, korban, atau "sogokan" lainnya. Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana kedua aspek ini menjadi seimbang dalam kehidupan kita? Apakah kita hanya merengek menuntut janji-Nya, namun kita lupa menjalani kewajiban? Bagian kita hanyalah taat karena Tuhan pasti setia dalam janji-Nya. Doa: Tuhan, kami mau seimbang dalam janji dan perintah-Mu. [JS] Baca Gali Alkitab 7 "Keadilan tidak bisa untuk satu sisi saja, tetapi harus untuk keduanya." Kalimat ini pernah terucap dari Eleanor Roosevelt, istri dari Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin Delano Roosevelt. Pernyataan pendek ini menunjukkan bahwa di hadapan keadilan semua harus setara. Keadilan merupakan isu dengan usia setua peradaban manusia. Ia selalu diperbincangkan dan diperjuangkan oleh banyak manusia yang datang dari berbagai lapisan. Siapa pun pasti menginginkan keadilan. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |