Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/02/18 |
|
Minggu, 18 Februari 2018 (Minggu Pra-Paskah 1)
|
|
Ironis sekali, sementara Yesus dengan penuh pilu mulai mewartakan penderitaan-Nya di sepanjang jalan perjalanan menuju Yerusalem, para murid justru sibuk bergunjing soal kehormatan, "mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka" (34). Tidak sedikit pun respons empati ditunjukkan para murid atas kisah pilu guru-Nya. Malahan mereka adu tebak-tebakan siapa di antara mereka yang akan terpilih menggantikan posisi Sang Guru menduduki "karier bergengsi" selanjutnya. Gagal mengajar para murid yang bebal memakai metode berbicara. Metode radikal dilakukan oleh Yesus dengan menggendong anak-anak, kemudian menempatkannya sebagai subjek teladan. Mungkin pikir para murid, "Ah, Yesus aneh-aneh saja!" Tidak lazim jika seorang dewasa diminta meneladani anak-anak. Yang terjadi dalam budaya adalah sebaliknya, anak-anak yang meneladani orang dewasa. Memang anak adalah pusaka pemberian Tuhan bagi dunia ini, namun bagi para murid dan kebanyakan orang, anak tetaplah makhluk yang lemah, tidak punya pengalaman, dan dipandang rendah dalam tata sosial masyarakat. Sehingga tindakan Yesus memeluk dan menjadikan anak sebagai teladan bagi orang dewasa merupakan inspirasi spiritual yang luar biasa. Kata Yesus: Menyambut orang kecil sama dengan menyambut Yesus, menyambut Yesus sama dengan menyambut Sang Bapa (37). Ada dua hal mendasar yang hendak dikatakan Yesus. Pertama, Yesus menolak gaya hidup yang berpusat pada diri sendiri, sebagaimana dipertontonkan oleh para murid. Hasrat kekuasaan kerap menjauhkan kita dari Allah, sesama, dan dunia. Kedua, Yesus mengundang semua murid-Nya untuk memasuki sebuah model kemanusiaan baru, yaitu bersedia belajar dan meneladani dari hal yang paling kecil di sekeliling kita. Menghayati kedekatan bersama Allah dengan mendekat kepada makhluk yang terkecil. Seseorang tidak akan pernah bisa menjadi seorang pemimpin yang matang dan berkualitas, jika ia tidak memulainya dari hal-hal kecil. [ETY]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |