Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/02/19 |
|
Selasa, 19 Februari 2013
|
|
Judul: Membayar kewajiban Bagi orang Yahudi, membayar bea Bait Allah adalah kebanggaan hidup sebagai anggota umat Allah (sosial), daripada membayar pajak bagi pemerintah Roma sebagai tanda bahwa mereka adalah rakyat jajahan. Meski Yesus membayar bea bait Allah setiap tahun, tetapi Ia menolak untuk mencampuradukkan masalah sosial dan politik dengan mengajukan pertanyaan tentang siapa yang berkewajiban membayar pajak kepada penguasa. Sebagai Anak Allah, pemilik dan penguasa Bait Allah, Yesus tidak perlu membayar pajak. Meski demikian, agar tidak menjadi batu sandungan Yesus tetap membayar pajak. Kisah ini memperlihatkan teladan Yesus yang dapat memisahkan antara kepentingan sosial, politik, dan lainnya. Ia menempatkan diri pada kepentingan yang tidak saling berbenturan yang dapat menyebabkan batu sandungan. Yesus mengajar kita untuk hidup bijaksana dalam mengambil keputusan dan menjalani keputusan yang diambil itu. Tanpa benturan kepentingan, kita dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas di tempat kerja. Maka di saat kita harus membayar pajak kepada pemerintah atau melakukan kewajiban yang diatur undang-undang, kita harus melakukan dengan benar. Untuk sumbangan bagi gereja, kiranya kita juga dapat rela hati memberi. Untuk orang yang membutuhkan, kita mengulurkan tangan. Kita dipanggil menjadi saksi Kristus di tengah-tengah pekerjaan kita. Teladani Yesus dengan penuh tanggung jawab. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |