Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/02/21 |
|
Minggu, 21 Februari 2016
|
|
Judul: Sikap Hati yang Benar Daud yang masih belia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia belum memiliki pasukan dan kekuasaan. Ia hanya bisa mengadu kepada Allah. Di tengah kegelisahannya, Daud memohon agar Allah segera datang menolongnya. Ia merasa dirinya berada dalam bayang- bayang maut (2-4a). Setiap hari ia merasa dirinya menjadi incaran orang suruhan Saul. Kemana saja dirinya pergi, para musuhnya selalu mengintainya (7, 15-16). Itu sebabnya Daud menaikan permohonan karena jika bukan Allah yang memihaknya, siapa lagi akan membela dan melindunginya. Kelihatannya Allah "geming". Sikap Allah membuat Daud bertanya-tanya apakah Allah tidak mendengar seruan minta tolong ataukah Allah tertidur? Hal ini tampak dari ungkapan "lihatlah dan bangun". Artinya, Daud ingin Allah menjadi saksi bahwa dirinya tidak bersalah dan sekaligus meminta Allah menegakkan keadilan baginya (4b-6, 13-14). Meski permohonannya belum dijawab, Daud tidak undur imannya. Ia menanggapi bergemingnya Allah secara positif. Dengan tulus dan lugas ia mendeklarasikan keyakinannya kepada Allah. Apapun yang terjadi, Allah adalah kekuatan, perisai, dan kota benteng hidupnya yang kokoh. Ia yakin Allah akan membuat para musuhnya bertekuk lutut di hadapannya (9-10, 17-18). Saat doa permohonan kita belum terjawab, bukan berarti Allah diam. Ia sedang menguji kedalaman hati, apakah kita masih setia dan memuji-Nya dengan tulus hati. [TG]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |