Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/02/23 |
|
Sabtu, 23 Februari 2019 (Minggu ke-6 sesudah Epifani)
|
|
Perpisahan memang selalu mendatangkan kesedihan. Namun, ia tidak selamanya menyisakan nestapa. Ia juga bisa bersumbangsih membuat kehidupan menjadi lebih baik. Teladan dari sahabat yang berpisah bisa menjadi pemicu untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Sahabat menjadi inspirator. Paulus menceritakan kehidupannya sebagai rasul kepada jemaat Efesus kepada penatua yang datang ke Miletus (18). Dalam memberitakan Kristus, dia memang menghadapi banyak situasi sulit dan kerap membuatnya menangis. Para pembencinya, bahkan, sering mengancam akan membunuhnya (19). Namun, dia tetap berjuang dan terus melayani demi kebaikan jemaat Efesus (20). Baginya, Injil harus dibagikan kepada banyak orang. Paulus berharap pelayanannya mencapai garis akhir (24). Dia ingin mewariskan sesuatu yang baik bagi jemaat Efesus. Setelah meninggalkan jemaat Efesus, Paulus ingin agar mereka saling menjaga sebagai umat Allah (28). Paulus menasihati agar mereka awas dari segala ancaman yang datang (29-30). Akhirnya, Paulus menyerahkan jemaat Efesus ke tangan kasih Kristus (32). Lewat teladannya, Paulus mendorong jemaat Efesus agar saling menolong sebagai bukti murid Kristus (35). Setelah berlutut dan berdoa, Paulus meninggalkan jemaat itu (36). Gaya hidup pengikut Kristus harus berbeda dan wajib memberi dampak positif. Teladan Paulus menginspirasi jemaat yang dilayaninya. Dia berusaha membangun cara hidup baru kepada orang-orang percaya agar merasakan kasih karunia Kristus. Walau tidak lagi ada di tengah jemaat, tetapi keteladanannya masih tinggal bersama mereka. Begitulah Paulus meninggalkan mereka dalam sukacita. Kita harus berdampak bagi kehidupan. Jika pergi dari suatu tempat, kita harus memastikan bahwa keadaannya kelak akan lebih maju. Warisan integritas kita sebagai pengikut Kristus adalah jaminannya. Doa: Ya Tuhan, beri kami kemampuan memberi dampak baik bagi orang lain. Amin. [JS] Baca Gali Alkitab 8 Seorang penulis bernama Ken Blanchard suatu kali pernah mengatakan, "Kunci untuk kepemimpinan yang sukses hari ini adalah pengaruh, bukan otoritas." Pengaruh dari seorang pemimpin datang bukan karena dia berhasil menggunakan otoritasnya untuk menggerakkan orang. Sebaliknya, pengaruh itu berasal dari keberhasilannya menghadirkan inspirasi kepada yang dipimpinnya. Kepemimpinan adalah persoalan keteladanan, bukan kepura-puraan. Seperti Yosua, Yusuf, dan Eleazar bin Harun, kualitas kepemimpinan akan dibuktikan oleh waktu. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |