Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/02/23 |
|
Minggu, 23 Februari 2020 (Minggu ke-7 sesudah Epifania)
|
|
Hampir setiap agama memiliki ritus atau upacara kurban. Masyarakat Tengger di Gunung Bromo punya upacara Kesada. Umat Muslim punya perayaan Idul Adha. Umat Kristen dan Yahudi memiliki ritus seputar Hari Raya Paskah. Pertanyaannya: mengapa upacara kurban begitu sentral dalam semua agama? Pada zaman Daud saat itu, mereka mengalami krisis pangan. Ada bencana kelaparan selama tiga tahun berturut-turut. Dalam situasi ini, Daud pergi menanyakan petunjuk Tuhan. Menarik bahwa berdasarkan firman Tuhan yang diterima Daud, bencana itu ada kaitannya dengan utang darah yang dilakukan Raja Saul. Lantas, apa yang mesti diperbuat Daud? Upacara penebusan utang darah mesti diselenggarakan. Tujuannya supaya orang-orang Gibeon itu memberkati milik pusaka Tuhan yang tengah mengalami krisis pangan. Maka diserahkanlah tujuh orang anak laki-laki Saul kepada mereka sebagai syaratnya: "... supaya kami menggantung mereka di hadapan TUHAN di Gibeon, di bukit TUHAN" (6). Raja Daud pun tidak punya pilihan. Orang-orang Gibeon menggantung mereka di atas bukit pengorbanan, di hadapan Tuhan, hingga tewas. Hal ini terjadi pada awal musim menuai, pada permulaan musim menuai jelai. Sesudah itu dilakukan, Allah mengabulkan doa untuk negeri itu sehingga musim panen pun datang lagi. Membayangkan peristiwa upacara kurban sedemikian itu tentu mengerikan. Tidak sepantasnya lagi manusia dikorbankan. Relevansi agama pada zaman sekarang adalah sejauh mana ritual menjunjung tinggi kemanusiaan. Kurban tertinggi sudah digenapi oleh Yesus Kristus, sehingga orang Kristen tidak lagi berkurban hewan. Pengurbanan Yesus, Sang Anak Domba Paskah, di puncak Golgota sudah cukup. Tinggal bagaimana umat Kristen mengenang pengurbanan Tuhan itu dalam ritus kebaktian mereka. Proses mengenang ini akan mendorong umat Kristen semakin manusiawi terhadap sesamanya. Doa: Tuhan, terima kasih sudah mengurbankan diri-Mu bagi kami yang bobrok dan tidak layak ini. [STY]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |