Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/02/28 |
|
Rabu, 28 Februari 2018 (Minggu Pra-Paskah 2)
|
|
Hari ini kita masuk pada perenungan Minggu Palmarum. Masa di mana Yesus dielu-elukan oleh banyak penduduk Yerusalem, namun sekaligus detik-detik Yesus menjemput kematian-Nya. Dua paradoks kehidupan yang amat memilukan. Meskipun begitu memilukan dan arahnya diketahui oleh Yesus sendiri, Ia dengan bersemangat ingin tetap menyajikan pembelajaran bagi banyak pengikutnya. Salah satunya dengan memperlihatkan bagaimana selayaknya seorang Raja disambut. Mungkin banyak orang lebih senang mendengar istilah "bergelimang harta". Namun, tidak bagi Yesus. Ketika masuk ke Kota Yerusalem, Yesus dielu-elukan seperti seorang Raja yang dinanti-nantikan penduduk. Namun, tampilan Yesus tidak menunjukkan bahwa Ia bagian dari anggota kerajaan. Yesus masuk ke kota sebagai Raja yang datang menggunakan keledai. Ia tidak menunggangi kuda gagah sebagaimana putra mahkota Kerajaan Romawi. Penduduk juga tidak menyediakan karpet merah untuk dilewati Yesus dan keledai-Nya, melainkan pakaian penduduk, ranting-ranting hijau yang sengaja dihamparkan penduduk untuk menyambut raja mereka (7). Sang Raja hadir dengan kesederhanaan di tengah-tengah penduduk Yerusalem. Tampaknya, Yesus mencoba menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa Ia adalah Raja Damai, bukan raja dunia. Hal ini dipengaruhi oleh harapan besar orang-orang Israel akan datangnya Mesias yang membawa peperangan atas bangsa Romawi. Secara sederhana, Yesus masuk ke dalam kota Yerusalem dengan menggunakan keledai berarti Yesus mencoba membalikkan logika berpikir yang dipakai oleh orang-orang saat itu bahwa raja harus hadir dengan kemegahan. Raja yang dinanti-nantikan adalah Raja yang hadir dalam kesederhanaan, kedamaian, dan ketulusan hati. Jika Yesus menghayati perjalanan menyosong kematian-Nya dalam suasana damai dan kesederhanaan, maka bagaimanakah cara Anda atau gereja menghayati peristiwa penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib? [ETY]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |