Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/03/02 |
|
Rabu, 2 Maret 2011
|
|
Judul: Jangan munafik Bagi Tuhan Yesus, pertolongan atas orang yang telah dirasuk setan selama 18 tahun adalah sesuatu yang mendesak. Sabat dan rumah ibadat tidak boleh menjadi penghalang. Bukankah Sabat justru diberikan Allah untuk kebutuhan manusia (Mrk. 27)? Seharusnya ada ruang di hari Sabat untuk memberi pertolongan bagi mereka yang sakit atau yang membutuhkan uluran tangan. Ketaatan atas Sabat bukan berarti meniadakan belas kasihan atas sesama. Keduanya harus disandingkan. Jadi, pertolongan yang Yesus berikan di hari Sabat dilandasi kasih kepada Allah dan manusia. Berbeda dengan pemimpin rumah ibadat. Tampaknya ia mengasihi Allah, ternyata ia mengabaikan sesama. Sebagai pemimpin rumah ibadat, seharusnya ia bersyukur bila kebaikan Allah dinyatakan kepada orang yang dirasuk setan itu. Namun sebaliknyalah yang terjadi. Ia malah bersungut serta menyulut amarah jemaat, ketika melihat orang itu mengalami pemulihan total. Padahal ia sendiri pun sering melanggar Sabat dengan menggiring ternaknya untuk memberi mereka makan dan minum (15). Maka di hari Sabat itu, Yesus menyatakan kehendak Allah yang sejati. Ia memulihkan orang yang dirasuk setan sekaligus membongkar kemunafikan dalam diri pemimpin rumah ibadat. Ironis, orang yang seharusnya mengarahkan pelaksanaan peraturan agama, justru memutarbalikkannya. Peraturan agama hanya ia tujukan bagi orang lain, dan bukan bagi dirinya juga. Kita pun bisa terjebak ke dalam kesalahan yang sama sehingga kita hanya bisa melihat kesalahan orang lain, padahal kesalahan kita jauh lebih buruk. Kiranya Tuhan menolong kita untuk tidak munafik.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |