Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/03/03 |
|
Minggu, 3 Maret 2019 (Minggu ke-8 sesudah Epifania)
|
|
Dalai Lama pernah berkata, "Agama saya sangat sederhana. Agama saya adalah kebaikan." Kalimat ini hadir di tengah wajah agama yang kian bengis. Sejarah menunjukkan betapa agama bisa menjadi legitimasi pembantaian sesama manusia. Doktrin agama seolah mampu membutakan nurani terhadap kemanusiaan. Di tengah ironi seperti ini, Dalai Lama menggemakan kesederhanaan agama sebagai kebaikan. Sekomplotan orang Yahudi tampaknya mengalami hal serupa. Mereka menuduh Paulus merusak ajaran agamanya. Hal ini membuat mereka kalap dan ingin membunuh Paulus. Mereka bahkan mengutuki diri, tidak akan makan, dan tidak minum sebelum membunuhnya (12). Untuk mewujudkannya, mereka berkonspirasi dengan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Mereka mengusulkan agar Paulus dibawa kembali ke Mahkamah Agama. Kemudian, mereka akan membunuhnya di situ (14-15) Namun, apalah arti dari semua rencana, bila Tuhan menolaknya. Kemenakan Paulus mendengar rencana jahat itu. Lalu dengan bersegera, ia menyampaikannya kepada Paulus (16). Tak lama kemudian, beritanya sampai di telinga kepala pasukan (17-22). Dari kisah ini, setidaknya kita dapat melihat bahwa kekerasan atas nama agama ternyata bukan hal baru dalam peradaban manusia. Setidaknya, dalam Alkitab kita dapat menemukan konspirasi sekomplotan orang Yahudi dan tekad untuk membunuh Paulus. Artinya, sudah sejak lama kekerasan atas nama agama telah terjadi. Sampai sekarang, kita mungkin masih bertanya-tanya, "Mengapa agama bisa punya daya hancur sebesar itu?" Pengalaman Paulus, dalam nas ini, semakin menegaskan kepada kita ambivalensi (dualitas) wajah agama. Pada satu sisi, ia membawa banyak pengaruh positif bagi kemajuan peradaban. Namun di sisi lain, ia bisa sangat keji mengingkari nilai-nilai kemanusiaan. Sekarang, Anda berdiri di sisi mana? Doa: Tuhan, ajari kami, yang adalah saksi-Mu, untuk menyebarkan cinta kasih agar tercipta kedamaian di dunia. [SL]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |