Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/03/04 |
|
Sabtu, 4 Maret 2023 (Minggu Pra-Paskah 1)
|
|
Dalam hidup ini, kadang kala kita diperhadapkan pada pilihan seolah-olah kita berada di sebuah persimpangan jalan. Ketika pencobaan atau penderitaan datang, apakah kita akan memilih untuk tetap setia kepada Tuhan, atau tidak? Penderitaan yang bertubi-tubi tidak membuat Ayub memaki atau mengutuki Allah. Namun, ia harus jujur bahwa semuanya itu terlalu sakit dan pahit sehingga ia meluapkan keluh kesahnya di dalam pasal ini. Ia mengutuki hari lahirnya dan berharap bahwa ia tidak pernah dilahirkan ke dunia ini (1-19). Ia bahkan lebih berharap mati daripada menderita seperti saat itu (20-23). Ayub sedang bergumul hebat dengan penderitaan yang dialaminya secara fisik, sosial, maupun rohani. Keluhannya merupakan ungkapan keputusasaan. Penderitaan Ayub sesungguhnya membawa pemahaman yang baru tentang Allah. Konsep-konsep pengertian tentang Allah yang selama ini dipegangnya mulai dirombak. Ia kembali belajar melihat siapa Allah yang ia percaya. Hal ini seolah-olah menempatkan Ayub pada sebuah persimpangan dalam perjalanan imannya. Akankah ia mengutuki Allah lalu meninggalkan-Nya, atau akankah ia tetap percaya dan berharap kepada-Nya? Ingatlah bahwa kasih Tuhan tidak bisa diukur dan dibatasi dengan perasaan serta penderitaan yang kita alami. Kebaikan dan pemeliharaan Tuhan tidak bisa diukur dengan konsep kita yang sempit dan tidak sempurna. Ia adalah Tuhan, Pencipta dan Penguasa seluruh ciptaan-Nya, dan Ia sangat mengasihi kita. Tetapi, itu tidak berarti kita akan selalu terhindar dari penderitaan sebab Ia dapat menggunakan penderitaan untuk menolong kita bertumbuh dalam iman. Perlu disadari, sesungguhnya tujuan akhir hidup kita bukanlah kesenangan diri ataupun kemudahan hidup, melainkan kemuliaan Tuhan. Sebab itu, ketika penderitaan datang, ingatlah selalu bahwa Allah mengasihi kita dan tidak ada hal apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (Rm. 8:38-39). Tetaplah percaya dan setia kepada-Nya sehingga nama Tuhan dimuliakan melalui hidup kita. [ABL] Baca Gali Alkitab 1 Siapakah manusia yang tidak pernah berkeluh kesah? Ayub, seorang manusia yang bisa dikatakan "super" sekalipun, juga berkeluh kesah. Ia dapat dikatakan sebagai manusia "super" sebab narator Kitab Ayub sendiri menyatakan bahwa Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (1:1). Rasanya tidak ada tokoh Alkitab (selain Yesus) yang diberi predikat demikian. Namun, karakter super yang dimilikinya pun tidak dapat menahan keluh kesahnya ketika ia mengalami musibah yang teramat berat. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |