Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/03/07 |
|
Sabtu, 7 Maret 2015
|
|
Judul: Tuhankah hartamu atau harta tuanmu? Si orang kaya menikmati hal-hal terbaik dalam hidupnya. Ia memiliki pakaian mahal dan bersukaria dalam kemewahan (19). Berbeda dengan Lazarus, pengemis yang badannya penuh borok, yang berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu (20-21). Namun keadaan menjadi terbalik ketika keduanya meninggal dunia. Lazarus duduk di pangkuan Abraham, sementara si orang kaya justru menderita sengsara di alam maut (22-23). Kalau kita perhatikan, tidak ada keterangan mengenai dosa atau kejahatan si orang kaya. Lalu mengapa ia menderita di alam maut? Apakah ia salah karena kekayaannya? Jelas tidak. Abraham pun kaya. Namun masalahnya, si orang kaya hidup hanya bagi kesenangannya sendiri dan di dalam kesementaraan waktu. Ia tampaknya hidup tanpa memiliki perspektif kekekalan, mengenai adanya kehidupan setelah kematian. Seharusnya, ia bisa memanfaatkan mamon, yaitu uang yang dia miliki, untuk menjalin persahabatan yang membuat dia diterima di surga (lihat Luk. 16:9). Padahal kesempatan untuk itu ada setiap hari karena ia melewati Lazarus saat keluar masuk rumahnya. Sayang, si orang kaya tidak memanfaatkan hartanya untuk melayani orang yang membutuhkan. Ini adalah bukti nyata bahwa imannya hanya sebatas pengakuan di bibir saja. Ia tidak menunjukkan pertobatan dari pementingan dirinya sendiri. Seperti yang Yesus katakan sebelumnya, manusia tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Ketika Allah menjadi Tuan kita, maka harta akan kita gunakan untuk melayani Dia. Namun ketika harta menjadi tuan kita, Allah akan kita manfaatkan untuk membuat kita kaya, dengan segala doa dan persembahan kita. Maka pilihlah: hartakah yang jadi tuanmu atau Tuhan yang menjadi hartamu? Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |