Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/03/08 |
|
Kamis, 8 Maret 2018 (Minggu Pra-Paskah 3)
|
|
Kesan apakah yang terlintas di benak Anda ketika mendengar frasa "ahli Taurat"? Negatifkah? Kesan tersebut tak terlalu salah. Para ahli Taurat sering bentrok dengan Yesus. Mereka acap menempatkan diri sebagai oposan. Apa saja yang dilakukan Yesus selalu dicari kesalahannya. Mereka juga berusaha menjatuhkan Yesus dengan berbagai pertanyaan jebakan. Ahli Taurat yang dicatat dalam Markus 12:28-34 ini berbeda. Penulis tidak memberitahukan namanya. Ketiadaan nama mungkin memang disengaja mengingat hubungan yang kurang baik tadi. Yang penting adalah bukan penyanyinya, tetapi apa yang dinyanyikannya! Berbeda dari kalangannya, ahli Taurat itu mengakui Yesus sebagai narasumber. Pengakuan itu menjadi begitu penting dan bermakna. Tanpa pengakuan, pertanyaan yang diajukan akan terkesan tidak tulus atau sekadar mengukur kepandaian orang. Bisa jadi, dia sedang bergumul dengan begitu banyaknya perintah Taurat yang harus ditaati-ada 613 aturan! Pertanyaannya: mana yang paling utama? Ahli Taurat itu, meski bergelar ahli ternyata masih mau bertanya. Dia tak malu bertanya. Pertanyaannya memang tidak mengada-ada. Dia juga tidak sedang menguji kepandaian Yesus. Yesus menjawab dengan mengutip Ulangan 6:4-5. Ahli Taurat itu mengamini jawaban Yesus. Mungkin dia sudah menduga jawaban tersebut. Tetapi, dia sendiri merasa tidak memiliki wewenang untuk mengatakannya sebagai hukum yang terutama. Dia mengakui bahwa Yesus mempunyai wewenang yang lebih tinggi. Karena itulah, dia kemudian menyapa Yesus sebagai "Guru". Yesus memperkenalkan Allah sebagai Pribadi yang mengasihi. Karena itu, manusia pun dipanggil untuk mengasihi-Nya. Dan mengasihi Allah berbanding lurus dengan mengasihi manusia. Artinya, semakin seseorang mengasihi Allah, dia akan semakin mengasihi manusia. Mungkinkah mengasihi Allah yang tidak kelihatan, kalau dia tidak menaruh kasih kepada manusia yang kelihatan? [YM]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |