Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/03/09 |
|
Minggu, 9 Maret 2014
|
|
Judul: Tetap berharap belas kasih Murka Allah atas pengkhianatan umat-Nya memang mengerikan. Allah menghancurkan Yerusalem habis-habisan. Allah menghempaskan kemuliaan (1-2) dan melemahkan kekuatan (3) Yerusalem. Ia menjadikan umat-Nya musuh yang harus dibasmi, yaitu sebagai sasaran bidik panah-Nya (4-5). Semua simbol relasi mereka dengan Diri-Nya seperti bait Allah dan mezbah, para pemimpinnya, serta tembok kotanya dimusnahkan (6-9). Apa yang terjadi pada Yerusalem begitu mengenaskan sehingga respons yang tersisa dari penduduknya hanyalah berkabung tanpa dapat berkata-kata (10), termasuk untuk menjawab rengekan anak-anak mereka meminta makanan (12). Tidak seorang pun dapat menghibur Yerusalem. Para nabi palsu yang dahulu menyesatkan mereka dengan nubuat palsu, sekarang bungkam (14), bahkan bangsa sekeliling justru menyoraki mereka (15-16). Ratapan 2 ini tidak ditutup dengan perasaan putus asa yang berujung pada ‘bunuh diri’ atau perbuatan nekad lainnya.Peratap mengajak pembaca untuk membuka diri kepada Allah dengan tangis penyesalan yang mendalam sambil berharap pada belas kasih Allah (18-22). Inilah seruan iman bahwa Allah tetap mengasihi mereka.Allah memang telah bertindak keras, tetapi Ia tidak pernah menyangkal kasih setia-Nya. Pengharapan yang diungkap si peratap terjawab tuntas dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Murka Allah yang dicurahkan, telah ditanggung Kristus di salib. Kita yang percaya beroleh pengampunan dan pemulihan! Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |