Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/03/09 |
|
Senin, 9 Maret 2015
|
|
Judul: Tidak butuh iman lebih besar Lalu Yesus menginstruksikan bagaimana berelasi dengan orang yang bersalah, yaitu menegur dan mengampuni (3-4), meski orang itu sudah berbuat dosa berulang kali. Ini tentu bukan perkara mudah. Banyak orang yang lebih suka mundur dari relasinya dengan orang yang berbuat salah, daripada harus menegur dia. Padahal menegur adalah langkah pertama dari proses pemulihan. Tentu bukan berarti bahwa kita harus jadi hakim yang menegur setiap kesalahan, yang kecil dan sepele sekalipun. Dalam hal ini, yang berlaku adalah sikap sabar dan lemah lembut (Ef. 4:2). Para murid tampaknya merasa sulit untuk mengikuti instruksi Yesus. mereka membutuhkan kekuatan dari Tuhan untuk memampukan mereka. Itu sebabnya, mereka bertanya tentang bagaimana menambahkan iman. Namun masalahnya bukan terletak pada banyaknya iman, karena dengan iman sebesar biji sesawi pun orang dapat melakukan hal-hal besar (5-6). Lalu Yesus memberi gambaran tentang budak di ayat 7-10 yang harus menaati tuannya, tanpa perlu merasa bahwa ketaatannya harus dihargai. Sang tuan punya hak untuk ditaati dan tidak punya kewajiban untuk berterima kasih atas hal itu. Begitu juga, murid yang menaati Kristus dalam hal mengampuni tidak perlu merasa diri hebat. Sebagaimana Allah telah mengampuni kita karena kita mengakui kesalahan kita dan kemudian bertobat, demikian pula hendaknya kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Jadi pengampunan tidak membutuhkan iman yang lebih besar melainkan ketaatan terhadap firman Allah. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |