Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/03/09 |
|
Sabtu, 9 Maret 2019 (Minggu ke-9 sesudah Epifania)
|
|
Titik balik adalah suatu fase yang mungkin dijalani setiap manusia. Kita mungkin pernah mengalami sebuah perubahan drastis. Orientasi hidup kita berubah karena satu dan lain hal. Cara pandang kita terhadap kehidupan berganti disebabkan sebuah pengalaman tertentu. Sifat kita berubah menjadi sesuatu yang lain lantaran sebuah perlakuan. Tentu saja ini peristiwa biasa dan manusiawi. Paulus menceritakan momen titik balik teologisnya di hadapan Raja Agripa. Ia menuturkan pengalaman perjumpaannya dengan Yesus dalam rupa cahaya (12-15). Dalam percakapan dengan Yesus, ia menerima mandat untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (16-18). Sejak itu, Paulus tidak pernah ingkar dari panggilannya. Namun, justru karena panggilan itulah bangsa Yahudi menyeretnya ke pengadilan (21). Akan tetapi, Paulus tetap mempertahankan imannya. Dengan teguh, ia yakin bahwa apa yang dipercayainya tidak bertentangan dengan tradisi (22-23). Paulus, yang tadinya penganiaya umat, kini berbalik menjadi pemberita kebenaran. Perjumpaan dengan Yesus menjadi titik krusial dalam perjalanan hidup Paulus. Momen itu memutar balik pikiran dan tindakannya. Kacamata yang dikenakannya untuk melihat dunia menjadi berubah total. Kurva gerak bahtera hidupnya melengkung berbalik arah. Mari sejenak memeriksa diri kita. Dalam kurun waktu tiga tahun ke belakang, perubahan drastis apa yang terjadi? Kalau ada, apakah perubahan itu sangat memengaruhi banyak aspek kehidupan kita? Apakah perubahan itu sesuatu yang patut disyukuri atau disesali? Bagaimana kalau tidak ada perubahan? Tentu saja ada banyak faktor yang bisa menjelaskan hal ini. Mungkin, kita belum mengalami perjumpaan dengan Yesus. Bisa saja, Yesus masih hanya sebatas konsep dalam pikiran kita. Dalam hal ini, kita hanya bisa memohon belas kasihan Allah. Hanya anugerah semata yang mengizinkan kita mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Yesus. Doa: Bapa, atas anugerah-Mu, izinkanlah kami mengalami perjumpaan dengan Yesus. [PUR] Baca Gali Alkitab 2 Dalam beberapa tahun belakangan, gerakan ekstremisme agama mulai menjamur di Indonesia. Agama dipakai sebagai alat untuk melegalkan kebencian. Berita pembunuhan atas nama agama sepertinya menjadi wacana biasa dalam pemberitaan media. Agama yang seharusnya ramah, kini hadir dalam rupa amarah. Dalam konteks ini, kita orang percaya pun kerap kena getahnya. Baik sebagai individu atau komunitas, malapetaka sering datang menghampiri. Lalu, bagaimana kita merespons ini semua? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |