Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/03/14 |
|
Jumat, 14 Maret 2014
|
|
Judul: Dasar hidup kudus: aku milik-Nya Sebagai pemilik umat, Allah berhak menuntut umat-Nya hidup kudus. Dia sendiri telah memberikan anugerah untuk umat agar bisa hidup kudus. Hidup kudus berarti hidup teratur sesuai dengan keinginan Tuhan, pemilik mereka. Wujud hidup kudus ialah tidak menyembah ilah lain (2-7). Menyembah ilah lain berarti menduakan Tuhan, yaitu berzina rohani; tidak menghormati orang tua (9); tidak menjaga kekudusan pernikahan. Berkanjang dalam berbagai rupa percabulan (10-21) juga merupakan bentuk penolakan bahwa bahwa Tuhanlah pemilik hidup dan keluarga umat-Nya. Lagi pula, tindakan-tindakan tersebut dilakukan oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan.Dengan melakukan semua perbuatan dosa tersebut, mereka seolah mengaku diri sebagai milik ilah-ilah bangsa-bangsa tersebut (22-27). Ingatlah, Allah menuntut umat-Nya hidup kudus karena Ia mengasihi mereka. Maka, respons seharusnya kepada Tuhan -sebagai pemilik hidup yang menuntut kita untuk hidup kudus- ialah menjalani hidup kudus karena kita ingin membalas kasih-Nya. Maka marilah kita memeriksa diri, dari berbagai peraturan hidup kudus yang dipaparkan di perikop ini, adakah kita telah melanggar salah satunya? Ingatlah bahwa kita sudah menjadi milik Allah oleh kurban Kristus di salib.Dialah Pemilik hidup kita. Dia cemburu kalau kita memilih bermain-main dengan dosa. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |