Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/03/15 |
|
Kamis, 15 Maret 2012
|
|
Judul: "Kesalehan" yang menindas Kesalehan seperti ini juga dikecam oleh Yesus. Kesalehan bagi si ahli Taurat rupanya tak lebih dari status dan atribut: mulai dari pakaian, posisi terhormat, hingga bahkan doa yang "panjang-panjang" (38-40a). Namun Yesus menandaskan bahwa semua dilakukan sementara di saat yang sama si ahli Taurat juga melakukan penindasan dan "menelan rumah janda-janda" (40a). Kesalehan dengan tanda kutip ini rupanya sejalan dengan penindasan. Pendeknya, itu adalah kesalehan yang munafik, yang menindas. Dan semua ini takkan luput dari keadilan Sang Hakim Agung (40b). Ada dua hal penting yang mesti kita camkan. Pertama, kita diperingatkan agar menjauhkan diri dari apa yang dilakukan oleh si ahli Taurat. Kemunafikan dan penindasan, meski "diperindah" dengan kesalehan, tetap merupakan sesuatu yang menjijikkan Allah dan bertabrakan dengan nilai-nilai Kerajaan. Kedua, seperti Yesus, kita juga mesti meminta hikmat dan penyertaan Roh Kudus agar berani menyatakan apa yang dinyatakan Tuhan. Hal Ini sulit untuk kita lakukan. Kemungkinan besar, kita tak hanya menyaksikan terjadinya kesalehan yang menindas; bisa saja kita jadi salah satu korbannya. Namun lewat doa, kesaksian, dan tindakan nyata kita, nilai serta aksi Kerajaan Allah mesti dibiarkan menjalar dan mempengaruhi semua yang ada di sekitar kita, para anasir dan agen Kerajaan itu. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |