Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/03/18 |
|
Senin, 18 Maret 2013
|
|
Judul: Kesiapan sebagai wujud kesetiaan Peristiwa penyambutan mempelai laki-laki bukanlah sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka tahu bahwa sang mempelai laki-laki akan datang di malam hari, tetapi waktu kedatangannya tersebut tidak diketahui. Mereka tahu bahwa ada kemungkinan mempelai laki-laki datang cepat, tetapi bisa juga datang lebih lambat. Sebagai orang yang sudah tahu akan situasi seperti ini, pasti akan dengan bijaksana mempersiapkan minyak tambahan yang dibutuhkan agar ketika sang mempelai datang, pelita mereka tetap menyala. Tidak demikian dengan kelima gadis yang bodoh itu. Mereka disebut bodoh bukan karena mereka tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman menanti kedatangan sang mempelai. Mereka tahu, tetapi mereka tidak menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Persiapannya hanya ala kadarnya dan bukan persiapan yang terbaik. Tak seorang pun tahu kapan Tuhan datang. Yang kita tahu adalah Tuhan pasti datang. Kesiapan diri yang baik dalam menyambut kedatangan Tuhan adalah cermin dari kesetiaan. Hanya menantikan dengan setia dalam arti sabar menanti dan tidak mempersiapkan diri dengan baik adalah sia-sia. Kesetiaan perlu diwujudkan dalam sikap hidup yang konkret. Bukankah kita ingin seperti lima gadis bijaksana yang masuk ke dalam pesta perjamuan Tuhan? Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |