Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/03/18 |
|
Sabtu, 18 Maret 2023 (Minggu Pra-Paskah 3)
|
|
Michel Foucault, seorang filsuf kontemporer asal Prancis, melihat bahwa kekuasaan ada di setiap tempat karena dihasilkan di tempat itu. Kekuasaan muncul dari relasi antarmanusia. Orang yang berkuasa kerap menciptakan dan menggunakan kebenaran demi membenarkan dirinya sendiri. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang Farisi demi menegakkan kekuasaannya yang terancam oleh popularitas Yesus (15). Orang Yahudi yang religius percaya bahwa membayar pajak kepada penguasa kafir bukanlah tindakan yang mulia. Bahkan, seorang tokoh Yahudi, Yudah dari Galilea, mengatakan bahwa orang-orang yang membayar pajak kepada pemerintah Romawi adalah pengecut. Orang-orang Farisi memakai isu ini untuk menjebak Yesus. Mereka memanipulasi kesalehan yang dipercaya banyak orang dan juga heroisme yang nasionalis untuk menyudutkan Yesus (16-17). Jika Yesus menjawab "Boleh", maka Dia akan dianggap tidak saleh oleh murid-murid orang Farisi. Jika Yesus menjawab "Tidak boleh", maka Dia akan ditangkap oleh para pendukung Herodes (kelompok Herodian yang pro penguasa Romawi dan kebijakan perpajakannya). Yesus yang adalah Sang Hikmat tidak akan terjebak oleh keculasan mereka. Ia memberikan jawaban yang tidak menentang perpajakan, tetapi pada saat yang sama tidak mendukung perpajakan yang kejam. Yesus berkata: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (21). Setelah gagal memperdaya Sang Hikmat, mereka hanya bisa diam dan pergi (22). Berhati-hatilah karena ternyata orang yang bertopeng kesalehan bisa memperalat apa pun untuk menjatuhkan orang lain yang mengancam posisinya. Kita harus meminta kepada Roh Kudus untuk memberikan kepekaan dan kesadaran akan hasrat kekuasaan yang ada dalam benak kita. Kita juga perlu meminta hikmat-Nya untuk tetap dapat mengatakan kebenaran dan tidak mudah dijebak atau disudutkan oleh kejahatan yang mau menjatuhkan perjuangan kita sebagai orang percaya. [JHN] Baca Gali Alkitab 3 Pemerintahan Romawi menetapkan aturan perpajakan, di mana orang-orang di wilayah jajahan harus membayar pajak kepada kaisar. Hal itulah yang terjadi pada masa Yesus. Karena ini merupakan hukum yang memiliki konsekuensi legal, maka orang-orang Farisi menggunakan hukum ini untuk menjebak Yesus. Jika Yesus salah menjawab, maka sudah pasti Yesus akan langsung ditangkap oleh prajurit Romawi, sesuai dengan rancangan mereka. Sebelum memberikan pertanyaan tentang pajak, mereka terlebih dahulu menyanjung Yesus sebagai Guru "yang tidak takut kepada siapa pun juga". Tujuannya adalah supaya Yesus merasa tersanjung, lalu menjawab sesuai dengan penggiringan yang mereka lakukan. Apakah mereka berhasil? Sama sekali tidak! Mereka malah kecele. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |