Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2008/03/19 |
|
Rabu, 19 Maret 2008
|
|
Judul: Yesus dan Pilatus Di sisi lain, melakukan keinginan orang lain dengan tujuan menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan diri, juga merupakan tindakan bodoh! Seperti itulah Pilatus. Meskipun awalnya ia tidak mau menerima perkara Yesus (ayat 31), tetapi kemudian ia terima juga limpahan tanggung jawab untuk mengadili Yesus. Ia tidak mau mempertaruhkan jabatannya apabila kemudian terjadi kerusuhan karena perkara itu. Salahkah Pilatus? Ya, karena ia tidak mendasarkan tindakannya di atas kebenaran. Seperti Pilatus, memang kita tidak dapat menghindar dari pengambilan keputusan mengenai sikap kita terhadap Yesus. Sebab itu, berusahalah untuk mengenal Dia dan putuskanlah bagaimana Anda harus bersikap terhadap Dia! Apakah Anda akan menganggap Dia sebagai salah satu nabi atau pengajar kebenaran? Atau menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan? Ingatlah bahwa konsekuensi keputusan kita saat ini adalah nasib kekal kita kelak. Bagaimana dengan Yesus sendiri? Sikap-Nya sangat jelas. Dia lebih setia kepada sabda Allah sekalipun harus mengorbankan jiwa raga, ketimbang menutupi kebenaran firman Allah hanya untuk kepentingan diri sendiri. Orang yang hidup demi dan untuk hormat serta kemuliaan Allah, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Ia akan berani memegang teguh kebenaran sabda Allah, sekalipun orang di sekitarnya tidak setuju. Dia akan mengatakan apa yang benar, dan tetap berpihak pada pelaksanaan kehendak Allah, sekalipun konsekuensinya berat.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |