Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2023/03/21 |
|
Selasa, 21 Maret 2023 (Minggu Pra-Paskah 4)
|
|
Pengetahuan dapat membuat manusia menjadi pongah, merasa diri paling cerdas dan hebat, tidak terkecuali pengetahuan akan Tuhan. Sungguhlah menyedihkan kepongahan rohani ini. Yesus prihatin terhadap realitas kepongahan rohani orang-orang Farisi yang berkali-kali berusaha menjatuhkan-Nya. Yesus seolah-olah seperti Sokrates yang sedang mempraktikkan metode elenchus, yakni metode filsafat yang menggunakan pertanyaan untuk membantah atau menyadarkan ketidaktahuan lawan bicaranya. Dengan bertanya, Yesus menunjukkan bahwa orang-orang Farisi itu sungguhlah buta. Sayangnya, mereka tidak berani menyadari ketidaktahuan dan kebutaan mereka secara jujur. Padahal, kejujuran justru dapat membuat hati mereka terbuka sehingga dapat disembuhkan dari kebutaan rohani. Akibatnya, mereka tidak dapat melihat bahwa walau Mesias dapat disebut sebagai keturunan Daud, Dia juga memiliki natur ilahi (42). Mesias adalah Allah yang berinkarnasi, sehingga Daud menyebut-Nya sebagai Tuan/Tuhan (Adonai) (43-45; bdk. Mzm. 110:5). Yesus menyingkapkan ketidakmampuan mereka dalam memahami hal ini, tetapi mereka tetap tidak mengakui kebutaan mereka. Memang mereka tidak lagi berani bertanya kepada Yesus, tetapi hal ini bukan karena kerendahhatian mereka, tetapi justru karena keangkuhan mereka yang tidak mau terlihat bodoh di depan orang banyak. Inilah jaim (jaga image) rohani, sikap tak mau tampak lebih rendah di mata orang banyak. Marilah jujur kepada Tuhan bahwa kita adalah manusia terbatas yang mudah sekali menjadi pongah dan merasa diri paling hebat. Kita dapat datang kepada-Nya dengan kejujuran bahwa kita membutuhkan anugerah-Nya untuk memberikan kepekaan kepada kita agar terus dijaga dari kepongahan rohani. Mari kita datang kepada-Nya dengan mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah Tuhan yang melampaui segala pemahaman kita, dan mari kita membuka hati untuk pimpinan Tuhan yang akan membimbing langkah-langkah kita. [JHN]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |