Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/03/24 |
|
Rabu, 24 Maret 2010
|
|
Judul: Melayani yang hina dan miskin Apakah dasar penghakiman Tuhan? Orang yang benar dalam perumpamaan ini bersedia melakukan pelayanan yang tidak populer, yaitu memberi makan orang lapar, memberi minum orang haus, memberi tumpangan bagi orang asing, memberi pakaian orang yang telanjang, melawat orang sakit, dan mengunjungi orang yang dipenjara. Pelayanan-pelayanan ini penting di mata Tuhan (ayat 35-40, 42-45). Yang menarik dari kisah ini adalah: yang benar merasa tidak benar (ayat 37-39), sebaliknya yang tidak benar merasa benar (ayat 44). Ini adalah masalah arogansi rohani. Akan banyak orang yang merasa diri rohani, tetapi di mata Tuhan mereka adalah orang yang jahat. Orang yang demikian tidak lain adalah orang munafik, yang mencari pengakuan publik akan apa yang diperbuatnya. Sebaliknya ada banyak orang yang merasa diri tidak benar, tetapi sebenarnya di mata Tuhan mereka mengerjakan hal-hal yang benar. Tidak banyak orang yang suka melayani orang-orang yang tersingkir dan hina. Justru kesukaan dan kesetiaan dalam melayani mereka yang hina ini (ayat 40, 45) merupakan tanda bahwa seseorang sudah menjadi anak Tuhan. Hanya yang pernah dilayani Tuhan pada saat dirinya masih hina dan berdosa, yang punya hati tulus untuk melayani siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau Yesus sudah mengidentifikasikan diri-Nya dengan mereka yang miskin dan terhina, siapakah kita yang merasa terlalu tinggi untuk melayani mereka? Kalau kita merasa seperti itu, jangan-jangan kita belum menjadi milik Kristus, sehingga kita tidak memiliki hati Kristus yang penuh kasih.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |