Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2024/03/27 |
|
Rabu, 27 Maret 2024 (Minggu Pra-Paskah ke-6)
|
|
Mahkota lazimnya terbuat dari emas dan bertatah permata sebagai tanda kemuliaan dan keagungan. Namun, bagi Yesus, Sang Raja, kepada-Nya dikenakan sebuah mahkota duri. Duri yang ujungnya runcing pasti melukai siapa pun yang terkena. Luka itu bukan hanya luka yang mengalirkan darah, tetapi juga yang mengungkap berbagai derita. Itulah duri yang dianyam menjadi mahkota untuk dikenakan kepada Yesus (17). Di kepala Yesus, duri itu tidak hanya menyebabkan keluarnya darah dan menimbulkan rasa pedih, tetapi justru lebih menyuarakan penghinaan. Tak dapat dibayangkan pedihnya luka di luar dan di dalam diri yang mesti ditanggung Tuhan Yesus. Apalagi, bila kita turut menyaksikan bagaimana para prajurit memberi hormat dan salam yang tidak lain sebagai bentuk olok-olok (18). Penghormatan mereka diikuti dengan tindakan pelecehan yang kejam (19). Apalah arti sebuah gestur penghormatan dan penyembahan bila diikuti dengan tindakan memukul dan meludahi? Begitu dalam luka yang harus dirasakan Yesus mana kala Ia harus menerima anyaman duri sebagai mahkota. Itu adalah mahkota yang lebih melahirkan penghinaan ketimbang keagungan. Itu bukan pula mahkota yang menunjukkan kemuliaan karena justru luka dan darah yang diperlihatkan. Namun, darah itulah yang kemudian menjadi sumber kehidupan baru bagi orang-orang yang menerima cinta kasih-Nya. Sesungguhnya, cinta kasih itulah yang mengubah setiap derita dan luka menjadi rahmat. Tidak heran bila Yesus tidak menolak ketika mahkota duri itu dikenakan kepada-Nya. Bagi mereka yang tidak menyadari, mahkota duri memang merupakan tanda penghinaan. Namun, bagi yang telah memasuki hidup baru dan kesadaran diri yang diperbarui, mahkota tersebut justru mengungkapkan keagungan cinta kasih Tuhan. Di sinilah ditemukan adanya paradoks. Ketika Tuhan rela mencintai hingga terluka, cinta itu pula yang justru mampu mendatangkan kesembuhan, bahkan kesembuhan yang kekal. Itulah keagungan dari cinta kasih di balik mahkota duri yang menyelamatkan kita. [SET]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |