Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/03/28 |
|
Sabtu, 28 Maret 2015
|
|
Judul: Malam gelap jiwa Yesus pun mengalami malam gelap jiwa di taman Getsemani. Malam gelap yang dialami Yesus berbeda dengan malam gelap para tokoh iman lainnya. Malam gelap Yesus adalah cawan yang berisi murka Allah dan dosa umat manusia. Ia tahu kengerian seperti apakah yang akan diderita oleh-Nya. Ia tidak sanggup, jika jiwa-Nya untuk sementara waktu harus berpisah dari dekapan Bapa Surgawi. Di taman Getsemani, Yesus menapaki jalan sengsara di mana Ia akan merasakan ketidakhadiran Bapa dalam seluruh penderitaan yang dialami-Nya. Ketidakhadiran Bapa merupakan lorong gelap yang harus dijalani-Nya seorang diri. Hal ini membuat ia memohon tiga kali, tetapi Bapa hanya diam seribu bahasa (bdk. Mat. 26:36-46). Begitu hebatnya malam gelap jiwa Yesus, sampai setiap tetesan keringat yang jatuh dilukiskan seperti tetesan darah (43-44). Malam gelap ini mencapai puncaknya, saat Yesus berteriak mengapa Bapa meninggalkan dirinya sendirian di kayu salib (Mat. 27:46). Pergumulan hebat yang Yesus alami membuat tiga orang murid-Nya tak kuasa menahan kantuk (46). Di akhir pergumulan itu, Yesus memilih patuh pada kehendak Bapa-Nya (42, 45). Yesus mengerti malam gelap jiwa yang kita alami. Ia juga tahu betapa tidak mudahnya bertahan dalam kondisi seperti itu. Ia menawarkan tangan dan bahu-Nya bagi kita sebagai sandaran. Serahkanlah semua kepingan pergumulan kepada-Nya, dan Ia akan merajut-Nya bagi kebaikan kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |