Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/03/28 |
|
Minggu, 28 Maret 2021 (Minggu Pra-Paskah 6)
|
|
Seperti apa rasanya ketika ada orang yang tidak menepati kata-katanya kepada kita? Bisa jadi, mulai dari sebal hingga marah. "Katanya mau datang jam 7.00, ternyata baru datang jam 9.00. Banyak sekali waktu yang terbuang karena dia!" "Katanya mau diselesaikan hari ini, tetapi nyatanya tidak ada yang selesai. Seluruh rencana dan acara jadi kacau gara-gara dia." "Katanya mau segera melamar, nyatanya malah pergi tanpa kabar. Sungguh sakit dan kecewanya hati ini!" Yesus tidak melalaikan kata-kata-Nya. Dalam pasal sebelumnya, dalam doa-Nya kepada Sang Bapa, Yesus menyatakan bahwa Dia menjaga semua orang yang dipercayakan kepada-Nya. Kini, saat Dia ditangkap dan menyongsong penganiayaan, Dia tetap menepati kata-kata-Nya dengan meminta supaya orang-orang yang bersama-Nya dibiarkan pergi (8). Dia tidak mengambil kesempatan untuk mendapatkan dukungan dari para pengikut-Nya. Dia juga tidak menyeret mereka untuk turut menemani Dia dalam penderitaan-Nya pada saat itu. Dia ditangkap dan akan dianiaya, semuanya itu Dia jalani sendirian. Dia tetap menjaga supaya tidak ada pengikut-Nya yang seketika itu dilibatkan. Menepati kata-kata adalah sesuatu yang mulia. Orang lain mengenal diri kita dari perkataan kita. Mereka berharap kepada kita berdasarkan apa yang kita katakan dan janjikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menepatinya. Perkataan apa saja? Semuanya. Hal yang kita ucapkan sehari-hari, seperti janji bertemu, janji untuk berbuat ini dan itu, juga termasuk-bahkan terlebih lagi-janji kita di hadapan Tuhan. Ketika kita menerima sakramen baptis, menyatakan iman percaya (sidi), membaptiskan anak, dan menikah, kita mengucapkan kata-kata janji di hadapan Tuhan. Demikian pula saat kita mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli di dalam ibadah. Jangan lupa juga janji jabatan atau profesi yang kita ucapkan dengan didampingi seorang rohaniwan. Semua itu adalah kata-kata yang harus ditepati. Menjadi seperti Kristus berarti setia, ingat pada segala yang sudah kita ucapkan sebagai janji dan berani menepati semuanya. [KRS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |