Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/03/29 |
|
Minggu, 29 Maret 2015
|
|
Judul: Menanti dengan iman Kita tidak tahu apa penyebab pemazmur merasa dilupakan Tuhan, atau merasa Tuhan tidak peduli lagi kepadanya? Yang jelas, perasaan ini sudah berlarut-larut sehingga pemazmur jatuh sakit (4), dan merasa akan segera ajal kalau Tuhan tidak menjawab pergumulannya ini. Perasaan yang sudah berat ini diperberat lagi dengan orang-orang yang menyuarakan cemoohan mereka atasnya. Bahwa pemazmur sudah ditinggalkan Tuhannya. Ia sebentar lagi pasti hancur (5). Di tengah kegalauan ini, pemazmur menaikkan hatinya kepada Tuhan. Dari perasaan tidak menentu ini, pemazmur memberanikan diri untuk memercayai Tuhan kembali. Dasarnya adalah kasih setia Tuhan yang sudah pernah pemazmur alami, yang ia yakini tidak pernah berubah (6). Segera setelah pemazmur menyatakan keyakinan ini, sukacita yang sekian lama tenggelam kini bak mentari yang terbit di pagi hari, mengenyahkan awan kelam nan kelabu. Sukacita itupun diekspresikan dengan nyanyian yang mengisahkan kebaikan Tuhan yang sudah pernah pemazmur alami. Masalah boleh saja masih ada. Musuh masih mengintai, menantikan kehancuran anak-anak Tuhan. Suara Tuhan pun, mungkin masih tidak tertangkap oleh antena hati kita. Akan tetapi, bersama pemazmur, kita pun dapat bertahan untuk tidak tenggelam. Bahkan kita bisa menaikkan hati kita kepada Tuhan, karena kita meyakini kasih setia-Nya. Bersama pemazmur kita bisa menyanyi memuji Tuhan kita karena kebaikan-Nya yang sudah pernah kita alami, yang membuat kita yakin akan sekali lagi kita alami. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |