Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/03/30 |
|
Senin, 30 Maret 2015
|
|
Judul: Cintakah dikau akan Allah? Jauh sebelum Yesus menuju Golgota, Petrus adalah salah satu murid yang siap mati bagi guru-Nya. Ketika Yesus mengingatkan Petrus akan kejatuhannya di acara perjamuan Paskah, Petrus sekali lagi dengan lantang menyakinkan guru-Nya bahwa ia akan setia sampai akhir. Saat Yesus ditangkap di taman Getsemani, Petrus dengan gagah perkasa menghunus pedang dan memarang telinga Malkhus. Petrus begitu yakin, bahwa Yesus yang adalah Mesias tidak mampu ditangkap oleh siapapun. Allah pasti melindungi guru-Nya karena Ia adalah anak Allah. Ternyata, dugaan Petrus salah. Petrus diperhadapkan pada fakta bahwa guru-Nya ditawan dan dibawa ke rumah Imam Besar untuk diadili (54-55). Melihat hal itu, Petrus sangat ketakutan. Dalam gejolak batin antara rasa takut dan rasa cinta, Petrus memilih menyelamatkan dirinya. Ia berusaha menyembunyikan identitasnya sebagai pengikut Yesus. Ia mencari keselamatan sendiri dan tega menyangkal guru-Nya tiga kali. Bahkan, ia berani ‘bersumpah’ tidak mengenal orang yang bernama Yesus (56-60). Dimanakah cinta Petrus kepada Yesus? Selama ini, cinta seperti apakah yang ia ungkapkan terhadap guru-Nya? Ia hanya bisa menangis dengan hati hancur dan terkoyak (62). Tatapan mata Yesus yang lembut merupakan pukulan paling telak bagi iman Petrus. Sudah berapa banyak kita mengumbar cinta kepada Kristus, tetapi saat yang sama kita menusuk-Nya berkali-kali? Tidak peduli apakah kita mencintai-Nya atau tidak, Kristus tetap mencintai kita apa adanya. Cintailah Dia dengan tulus hati. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |