Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/03/31 |
|
Rabu, 31 Maret 2010
|
|
Judul: Kriminalisasi Yesus Apa kesalahan Yesus sehingga harus dihukum mati? Jawabannya: tidak ada! Tuduhan para pemuka agama terhadap Yesus, tidak satu pun yang dapat mereka buktikan wa-laupun mereka telah memakai banyak saksi palsu (ayat 26:59-61). Hanya satu tuduhan mereka yang sepertinya "diakui" Yesus, yaitu Dia sebagai Mesias, Anak Allah, yang menyebabkan Ia disebut sebagai penghujat Allah (ayat 26:63-65). Namun hal itu tidak bisa dijatuhi hukuman mati. Pilatus tahu akan hal tersebut (ayat 27:11). Pilatus tahu pula bahwa tuduhan-tuduhan itu disebabkan oleh kedengkian mereka (ayat 18). Pilatus tahu bahwa Yesus seharusnya dibebaskan. Mengapa Pilatus akhirnya memerintahkan penyaliban Yesus (ayat 26)? Pilatus tidak berani menghadapi rakyat yang sudah dihasut oleh para pemuka agama. Apabila mereka berdemonstrasi besar-besaran, hal itu akan merugikan popularitasnya di mata orang Yahudi, maupun reputasinya di mata pemerintah Romawi yang mengangkatnya. Pilatus yang takut dirinya terseret masalah memilih untuk menyenangkan hati orang banyak dengan mengabaikan hati nurani sendiri (ayat 24). Apa sikap terbaik menghadapi kriminalisasi seperti itu? Yesus memilih diam seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian (Yes. 53:7). Dia tidak membela diri karena kematian-Nya merupakan kehendak Allah. Kebangkitan-Nya kelak membuktikan kebenaran-Nya. Saat kita difitnah bahkan dituduhkan yang jahat oleh karena iman kita, biarlah sikap Yesus yang berfokus pada salib dan kehendak Bapa menjadi sikap kita pula. Tidak perlu membela diri karena Allah pembela kita.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |