Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/03/31 |
|
Sabtu, 31 Maret 2012
|
|
Judul: Pelaku kebenaran sejati Setelah ditangkap, Yesus segera dibawa menghadap Imam Besar untuk diadili (53). Sungguh janggal karena biasanya pengadilan tidak dilaksanakan pada malam hari. Selain itu, tak ada seorang pun saksi pun yang diajukan sebagai pembela, yang ada hanya saksi-saksi yang memberatkan, yang justru memberikan kesaksian yang saling bertentangan (56-59). Menurut hukum, mereka seharusnya membebaskan Yesus (baca Kel 23:1-2, 7-8). Lalu atas tuduhan apa akhirnya mereka menghukum Yesus? Karena Ia menjawab pertanyaan Imam Besar tentang identitas-Nya (62-64). Jawaban Yesus sesungguhnya merupakan pernyataan bahwa hidup-Nya tidak tergantung pada kehendak imam-imam kepala, tua-tua, dan ahli Taurat, karena Dialah Mesias, yang duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa. Namun jawaban itu membuat Ia dituduh menghujat Allah dan dijadikan sebagai dasar hukuman mati. Bentuk pelanggaran hukum lain yang dilakukan oleh para pemimpin agama itu adalah tentang pelaksanaan hukum mati. Mereka segera mengumumkan dan melaksanakannya, padahal hukuman baru bisa diumumkan pada hari berikutnya, setelah hari pengadilan itu. Orang-orang yang menuduh Yesus menghujat Allah dan melanggar hukum justru menunjukkan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum dan menghujat Allah itu sendiri. Ironis bukan? Jadikan kisah ini sebagai cermin. Siapapun Anda, jangan pernah memutarbalikkan peraturan atau hukum untuk menjatuhkan orang lain atau bagi kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Berjalanlah lurus di atas prinsip-prinsip kebenaran -meski untuk itu ada hal yang harus Anda korbankan- karena untuk itulah kita dipanggil. Hiduplah di dalam kebenaran dengan menjadi pelaku kebenaran sejati. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |