Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/04/03 |
|
Minggu, 3 April 2011
|
|
Judul: Berapa lama lagi, Tuhan? Namun si pemazmur tidak berhenti hanya pada keluhan. Pemazmur melanjutkan dengan tiga permohonan serius (4). Ia minta Tuhan memperhatikan, menjawab, dan membangkitkan pengharapannya. Dua alasan disampaikan. Pertama, kalau Tuhan tidak menolong maka ia akan mati (4b). Kedua, kalau ia mati maka musuh akan menyombongkan diri dengan kemenangan (5). Sebagaimana tipikal mazmur keluhan, pemazmur menutup mazmurnya dengan suatu sikap yang optimis. Pemazmur yakin, sebagaimana kasih setia Tuhan sudah pernah ia rasakan maka ia akan mengalaminya lagi. Maka pemazmur bertekad memuji Tuhan dan memercayakan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan (6). Seberapa jauh kita bisa meniru pemazmur ketika persoalan menimpa bertubi-tubi dan sepertinya Tuhan tidak peduli kepada kita? Keberanian pemazmur "mempersalahkan" Tuhan bukan suatu kekurangajaran melainkan kejujuran saat ia tidak mengerti. Kita bersyukur kepada Tuhan, karena ada Yesus yang menjadi Imam Besar kita, yang pernah mengalami semua pergumulan manusia (Ibr. 2:17-18, 4:14-16). Kita tidak perlu "mempersalahkan" Tuhan, sebab di dalam Yesus semua pergumulan kita dimengerti. Dalam hikmat dan waktu-Nya, Dia akan menyelesaikan-Nya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |