Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/04/06 |
|
Sabtu, 6 April 2019 (Minggu Pra-Paskah 4)
|
|
Memiliki karunia rohani adalah sebuah anugerah. Itu harus diterima lewat ucapan syukur. Kita wajib berserah dan bersandar kepada Kristus, Sumber dari segala karunia. Karunia rohani tidak pernah dimaksudkan sebagai ajang pamer. Sebaliknya, karunia digunakan sebagai wahana agar Allah membentuk kita semakin serupa Kristus. Tanpa adanya sikap ini, maka karunia rohani dapat disalahgunakan. Karunia akan menjadi sumber kesombongan. Rasul Paulus sangat keras menentang itu. Oleh karena itu, Rasul Paulus merasa perlu menulis surat kepada jemaat Korintus. Penyebabnya, ia prihatin atas beberapa kejadian di sana. Ia mendengar laporan tentang adanya perpecahan dalam jemaat. Apa akar perpecahan ini? Bagaimana hal ini dapat terjadi dalam tubuh Kristus? Ini dikarenakan mereka lebih menyukai pemimpin tertentu. Perselisihan di Korintus terjadi dari sikap mengagungkan manusia dan ”hikmat perkataan” (17). Mereka mengidolakan para pengkhotbah, pengajar, ataupun misionaris tertentu dibanding yang lain (bdk. 2:1, 4, 13). Akibatnya, jemaat terpecah menjadi beberapa kelompok dengan menjagokan idola masing-masing. Paulus menegur itu. Ia mengingatkan bahwa mereka adalah satu keluarga. Kristus yang mempersatukan mereka, bukan manusia (10-11). Kekuatan Injil adalah dasar pelayanan. Salib-Nya merupakan fokus utama. Paulus menekankan bahwa karya keselamatan merupakan sebuah tindakan, bukan sekadar perkataan. Kehidupan kerohanian dan pelayanan tidak boleh diukur menggunakan ”selera kedagingan”. Kristus adalah dasar kebenaran sebagai titik tumpu, titik tolak, dan titik tujuan kita. Hanya Dia yang layak dipermuliakan, bukan manusia. Tujuan Allah memberikan karunia ialah agar pelayanan lebih efektif untuk memberitakan Kristus kepada dunia. Karunia Allah hanya boleh dipergunakan sebagai alat pelayanan, bukan alat pameran. Doa: Tuhan, ajar kami melayani Engkau untuk kemuliaan-Mu saja dan bukan demi manusia. [IBS] Baca Gali Alkitab 6 Perpecahan dalam gereja ternyata bukan hal yang baru. Ini bukan hanya fenomena gereja modern. Jemaat di Korintus berabad-abad silam pun pernah mengalaminya. Perselisihan yang tampaknya sangat tajam. Bahkan, mereka sudah terkotak-kotak dalam berbagai golongan. Dampak paling serius dari semua ini adalah hilangnya orientasi pelayanan. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa memberitakan Injil merupakan prioritas. Itu pun dilakukan bukan dengan hikmat perkataan. Apa yang bisa kita pelajari dari jemaat di Korintus untuk konteks zaman sekarang? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |