Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2009/04/08 |
|
Rabu, 8 April 2009
|
|
Judul: Raja yang dipukul Mengapa Sang Raja tidak melawan? Dia telah menetap-kan diri untuk tunduk kepada Bapa-Nya serta menerima segala derita bahkan kematian sebagai cara untuk menyelamatkan umat-Nya. Penolakan orang Yahudi, pemuka agama, termasuk para prajurit yang menista, tidak membuat Yesus hilang kendali diri. Kalau Yesus mau, Dia bisa menyatakan kuasa-Nya dengan mengirim pasukan surgawi untuk membinasakan musuh-musuh-Nya. Tidak adanya perlawanan dari Yesus membuktikan bahwa Dia tidak berada dalam kuasa mereka yang menganiaya bahkan akan membunuh Dia. Dengan memberi diri diolok-olok bahkan dibunuh, Dia menggenapi rencana Allah yang sudah dinubuatkan (Yes. 53:3, 7, 10), yakni untuk menggantikan hukuman yang seharusnya ditanggung manusia berdosa. Dia adalah Raja sesuai konsep Israel, yaitu sebagai gembala yang menjaga dan memelihara domba gembalaannya, yaitu rakyatnya (ayat 2Sam. 7:8). Bahkan kalau perlu berkelahi melawan binatang buas yang mau memangsa domba tersebut. Yesus, Gembala yang agung, menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh. 10:11). Dia Raja, yang demi keselamatan umat-Nya, rela menanggung kejahatan yang dilakukan musuh-musuh-Nya. Yesus sudah membuktikan diri sebagai Raja sejati. Ia bergeming atas perlakuan hina dan sadis para musuh-Nya. Bahkan melalui semua itu, Yesus dapat melindungi semua orang yang percaya kepada-Nya dari cengkeraman musuh Tuhan yang mau membinasakan jiwa-jiwa milik Tuhan. Seharusnya sekarang kita menyembah dan menghormati Raja di atas segala raja itu. Tunduk dan taat kepada pemerintahan-Nya yang kekal adalah sikap yang tepat juga.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |