Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/04/08 |
|
Senin, 8 April 2013
|
|
Judul: Jangan saling menghakimi Paulus menasihati agar kedua pihak itu saling menerima meskipun terdapat perbedaan (1). Menerima bukan sekadar mengakui keberadaan pihak lain, melainkan memperlakukannya sebagai saudara. Inilah ciri khas umat Allah. Namun ini sulit terjadi jika pihak yang "kuat" memaksakan kehendak kepada pihak yang "lemah." Alasan penting mengapa anggota tubuh Kristus harus saling menerima satu sama lain, adalah karena "Allah telah menerima orang itu" (3, 15:7). Maka siapakah kita sehingga merasa berhak menolak dan menghakimi orang yang telah diterima Allah? Karya Kristus yang telah memperdamaikan manusia dengan Allah janganlah dinodai dengan penolakan anggota tubuh Kristus satu sama lain. Kristus telah mati dan membuktikan diri-Nya sebagai Tuhan (9). Sebagai Tuhan, Dia berhak menghakimi dan kepada-Nya setiap orang akan memberi pertanggungjawaban (10-12). Dalam perspektif pengadilan Allah, tidak ada seorang pun yang lebih berhak untuk menghakimi orang lain. Seringkali masalah-masalah remeh dalam gereja menjadi penyebab perpecahan. Ada kelompok yang merasa lebih benar dibanding yang lain, ada yang merasa berkarya lebih banyak. Paulus mengingatkan bahwa dalam hal-hal yang tidak hakiki, yang paling penting bukan masalah siapa yang benar atau salah, melainkan bagaimana agar anggota tubuh Kristus dapat hidup sebagai sesama saudara yang telah menerima karya Kristus dan yang akan bersama-sama menghadapi pengadilan Kristus. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |