Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/04/09 |
|
Selasa, 9 April 2013
|
|
Judul: Jangan menjadi batu sandungan Dalam perikop sebelumnya Paulus mengingatkan pihak yang "kuat" dan yang "lemah" dalam jemaat untuk saling menerima dan tidak saling menghakimi. Kini Paulus memberikan satu prinsip, khususnya bagi pihak yang "kuat" agar tidak menjadi batu sandungan bagi pihak yang "lemah" (13, 21). Dalam hal makanan, Paulus menegaskan bahwa tidak ada yang najis (14, 20), maka pihak yang "kuat" tidak perlu lagi merasa terikat oleh hukum tentang makanan haram. Namun bisa saja kebebasan memakan segala sesuatu menjadi batu sandungan bagi jemaat yang masih mengharamkan makanan tertentu. Maka Paulus mengingatkan bahwa kebebasan untuk melakukan segala sesuatu kiranya tidak menyebabnya lemahnya iman saudara yang lain (15). Jika ini yang terjadi maka berarti pekerjaan Allah telah dirusak (20). Kebebasan harus dipraktikkan dalam kasih kepada sesama orang percaya (15). Kebebasan harus ditundukkan pada prinsip damai sejahtera dan tujuan untuk saling membangun (19). Pemakaian kebebasan yang menjadi batu sandungan mengingkari esensi Kerajaan Allah, yaitu kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus (17). Kristus sudah membayar harga yang begitu mahal, yaitu dengan mati bagi mereka yang "lemah" iman (15). Bagaimana mungkin pihak yang "kuat" tidak rela mengalah kepada yang "lemah" dalam hal-hal yang remeh supaya tidak menjadi batu sandungan? Banyak hal yang orang Kristen boleh lakukan, tetapi bukan berarti semuanya perlu dilakukan, khususnya yang dapat menjadi batu sandungan bagi yang lemah iman. Prinsip kasih dan saling membangun harus mengendalikan kebebasan kita dalam melakukan segala sesuatu. Apa artinya kita menang perdebatan tentang boleh makan semua makanan, tetapi kehilangan orang yang tidak setuju dengan hal itu? Kiranya hal ini menjadi pertimbangan kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |