Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/04/09 |
|
Sabtu, 9 April 2022 (Minggu Pra-Paskah 5)
|
|
Akhirnya, Kristus ditangkap. Petrus mengikuti dari jauh. Ada rasa takut dan khawatir yang menggelayuti hatinya. Tiga kali orang mengenalinya sebagai pengikut Kristus, tiga kali pula ia menyangkal. Begitu penyangkalan ketiga diucapkan, seketika itu juga ayam berkokok tiga kali, seperti yang pernah Kristus katakan. Pada saat itu pula berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Hancurlah hati Petrus mengingat kata-kata pongahnya dan apa yang pernah Sang Guru ucapkan. Ia pun keluar dan menangis dengan amat sedih. Dari keempat Injil, hanya Injil Lukas yang menulis bahwa Kristus memandang Petrus. Pandangan mata itu seketika membuat Petrus sadar akan kerapuhan dan penyesalannya (61-62). Pandangan itu mengingatkannya betapa Tuhan sudah memberi tahu tentang kerapuhan yang akan muncul di tengah kondisi sulit yang akan ia hadapi. Tatapan itu membuatnya sadar bahwa bersumpah jauh lebih mudah daripada menepatinya. Tatapan itu sangat menohok hatinya agar belajar tidak sesumbar lagi di masa yang akan datang. Tatapan mata Kristus itu menolong Petrus dan juga kita di masa kini untuk mampu memandang kerapuhan di dalam diri kita. Inilah yang kemudian kita jadikan titik balik dalam hidup, tepatnya titik balik dari arogansi menjadi kerendahan hati, agar kita menerima dan mengakui kerapuhan diri serta hidup dengan lebih baik dan bijak. Dalam hidup ini Tuhan selalu berkenan memandang kerapuhan diri dan hidup kita melalui berbagai peristiwa agar kita mampu memandang, menerima, dan mengakui kerapuhan diri kita. Berbagai masalah dalam kesehatan, keuangan, pekerjaan, dan studi, juga masalah yang muncul dari orang-orang terdekat kita, sering menjadi cara Tuhan memandang kita. Tujuannya adalah agar kita mampu melihat kerapuhan diri dan hidup kita, lalu bertobat di hadapan Tuhan. Tatapan mata Kristus itu juga adalah tatapan mata penuh belas kasih. Tatapan itu tidak hanya mengingatkan kita, tetapi juga menawarkan belas kasih untuk menolong kita. Mari kita buka hati kita agar terbuka bagi tatapan mata Tuhan atas kerapuhan kita. [MTH] Baca Gali Alkitab 6 Keinginan untuk dihormati melebihi orang lain, iri hati, dan kebencian telah menjadi hambatan bagi manusia untuk melihat kebenaran, apalagi untuk mengakuinya dan menerimanya. Kita menjadi lebih suka dikuasai oleh segala perasaan dan pemikiran yang negatif daripada harus menerima kebenaran yang mungkin tidak menguntungkan kita. Orang-orang yang membenci Yesus telah memperlakukan Yesus dengan tidak manusiawi. Kebencian itu ada karena mereka merasa bahwa Yesus telah "mengganggu" zona nyaman mereka. Mereka adalah orang-orang terpandang yang seharusnya menjunjung tinggi kebenaran dan kebaikan, tetapi malah menganggapnya sepi karena mengusik kemapanan hidup mereka. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |