Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/04/11 |
|
Rabu, 11 April 2012
|
|
Judul: Injil: kekuatan Allah Di tengah tantangan kehidupan dunia sehari-hari ada kalanya saat kita perlu menunjukkan identitas sebagai orang Kristen kita merasa rendah diri dengan iman kita dan dengan pengetahuan kita sementara ketika melihat orang lain kita merasa mereka lebih pintar, terpelajar, dan berbudaya. "Layakkah saya menyampaikan Injil ini? Jangan-jangan saya akan didebat habis-habisan oleh mereka dan malah hanya menjadi bahan tertawaan." Paulus mengatakan bahwa poin penting dari pemberitaan Injil bukanlah pada perbandingan siapa kita yang memberitakan dan siapa mereka yang hendak kita Injili. Yang penting adalah Injil itu sendiri. Sebagaimana Paulus melihat dirinya sebagai hamba Kristus (1) sehingga ia tidak punya pilihan lain selain memberitakan Injil, begitu pula setiap Kristen. Jika kita adalah hamba Kristus, maka segala kelemahan yang nampak pada diri kita dan segala kelebihan yang nampak pada diri orang yang menjadi sasaran Injil menjadi tidak relevan. Bukan diri kita yang kuat tetapi Allah yang kuat dan wujud dari kekuatan itu adalah Injil. Injil itu yang menyelamatkan semua orang, baik orang Yahudi maupun "orang Yunani" (juga orang Indonesia dan semua bangsa di dunia, seperti nyata dalam Surat Roma ini). Di dalam Injil nyata pembenaran yang Allah kerjakan untuk manusia. Selama kita setia kepada berita Injil dan setia kepada natur serta tujuan dari Injil itu sendiri, tidak ada alasan untuk ragu, malu, ataupun rendah diri atas Injil ini karena di dalamnyalah ada keselamatan bagi kita dan bagi siapa pun yang menerimanya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |