Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/04/11 |
|
Sabtu, 11 April 2020 (Sabtu Teduh)
|
|
Berbuat baik dalam kondisi yang memungkinkan adalah suatu hal yang biasa. Namun, berbuat baik ketika situasi tidak memungkinkan, itu baru tantangan. Pada kenyataannya, situasi terakhirlah yang sering kita temukan. Kita hidup dalam masyarakat yang sering kali menoleransi banyak hal yang tidak baik. Lantas bagaimana agar kita tetap dapat berbuat baik dalam situasi demikian? Kita dapat belajar melalui tindakan Yusuf dari Arimatea. Ia anggota Mahkamah Agama, bahkan termasuk golongan Majelis Besar (50). Saat itu, posisi tersebut terpandang. Kalau kita mengingat kembali kisah penyaliban Yesus, kita akan mengerti bahwa Mahkamah Agama adalah salah satu pihak yang berperan dalam keputusan penyaliban tersebut. Sekalipun demikian, rupanya Yusuf dari Arimatea tidak setuju dengan keputusan menyalibkan Yesus (51). Dalam penghormatannya kepada Yesus, Yusuf dari Arimatea memberanikan diri menghadap Pilatus. Ia meminta mayat Yesus agar dikuburkan dengan baik. Tindakannya sungguh berisiko. Terlebih lagi jika rekan-rekannya di Mahkamah Agama tahu. Mungkin saja, posisinya tidak lagi aman. Namun, risiko itu diambilnya. Ia tetap memilih berbuat yang benar dan menempatkan Yesus dalam kubur yang layak. Kalau kita berada dalam posisi Yusuf dari Arimatea, kira-kira apa yang akan kita lakukan? Akankah kita berani menembus segala risiko demi berbuat yang baik dan benar? Yusuf berani karena ia yakin tindakannya benar, dan ia berani berbuat benar karena ia tahu apa yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka dari itu, apabila ingin menjadi seperti Yusuf, pertama-tama kita harus yakin bahwa kebenaran yang kita pegang sungguh-sungguh benar. Kebenaran itulah yang menjadi dasar dari keputusan dan keberanian kita, jadi bukan nekat semata. Berbuatlah baik dan benar apa pun risikonya karena kita tahu bahwa itulah yang Tuhan kehendaki. Marilah kita berbuat baik dan tetap berbuat baik sekalipun ada risiko, entah besar atau kecil, di balik perbuatan baik yang akan kita lakukan. [YWA] Baca Gali Alkitab 6 Kematian Yesus adalah fakta sejarah. Injil Lukas menegaskan hal itu. Semua orang memercayainya, termasuk murid-murid Yesus dan para perempuan yang menjadi pengikut-Nya. Namun, Yesus tidak tinggal dalam kubur. Ia tidak tinggal dalam kematian. Fakta kebangkitan Yesuslah yang mengubah hidup para perempuan tersebut, kemudian para rasul, dan seharusnya juga setiap kita para murid Tuhan Yesus masa kini. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda?
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |