Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/04/13 |
|
Senin, 13 April 2020 (Minggu ke-1 sesudah Paskah)
|
|
Sejoli yang kasmaran pasti merasakan perasaan mabuk kepayang. Mereka akan saling memuji penampilan pasangannya masing-masing. Jalinan kedekatan hati atau emosional membuat mereka saling percaya dan peka. Kalaupun ada kesalahpahaman, mereka akan mudah menyelesaikan dengan baik. Salah satu cara mengatasi kesedihan adalah dengan bercerita. Dua orang murid Yesus pergi ke Emaus sambil mempercakapkan guru mereka. Percakapan mereka bisa jadi adalah cara untuk menyalurkan kesedihan atau meringankan beban kedukaan. Boleh dibilang mereka saling menghibur. Ketika sedang bercakap-cakap, mereka tidak menyadari kehadiran Kristus. Mereka lupa ajaran Yesus mengenai penderitaan dan kebangkitan-Nya. Padahal, mereka telah menghabiskan banyak waktu mendengarkan pengajaran Yesus. Namun, bukan berarti mereka tidak mengenali-Nya. Hati mereka sangat peka, meskipun dikatakan lamban. Mereka mengenali Yesus dari cara-Nya berbicara, mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Kepekaan hati semacam ini muncul dari relasi yang intim dengan Yesus. Upaya untuk lebih mengenal Yesus Kristus perlu kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Dengan tekun berdoa kepada-Nya, hati kita diasah menjadi semakin peka untuk mengenali suara-Nya. Dengan mengasihi sesama kita belajar untuk menerapkan kasih Tuhan Yesus di dalam hidup kita. Ini kerinduan kita sebagai orang percaya. Hubungan kita dengan Allah bisa diibaratkan sebagai dua sejoli yang kasmaran. Sebagai kekasih Allah, mungkin kita telah banyak membaca dan mendengar firman-Nya. Kedekatan dengan Allah seharusnya menjadi landasan kepekaan hati. Dengan begitu, kita bisa mengerti setiap jalan yang diarahkan-Nya kepada kita. Proses menjadi peka dan mengenal-Nya adalah pembelajaran seumur hidup. Jadi, maukah kita belajar mengerti kebenaran-Nya agar kita lebih peka dan menyadari rancangan-Nya? [AST]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |