Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/04/13 |
|
Selasa, 13 April 2021 (Minggu ke-2 sesudah Paskah)
|
|
Ada kalanya kita berada pada titik terendah dalam hidup. Mungkin itu disebabkan oleh situasi di sekitar kita yang tidak bisa kita prediksi dan kendalikan, oleh orang-orang yang menekan kita, atau bahkan oleh diri kita sendiri. Ketika hal ini terjadi, apa yang kita lakukan? Mazmur 118 melukiskan ekspresi sukacita dan ungkapan syukur pemazmur karena kemenangan dan kelepasan yang Allah berikan kepadanya. Selanjutnya, mazmur ini berubah dari nyanyian pribadi menjadi nyanyian umat dalam arak-arakan menuju ke kota Yerusalem, tempat di mana Bait Allah berada, sebuah tempat dengan pintu gerbang kebenaran. Masuk ke sana hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang benar, yang hidup menurut Taurat Tuhan (19-20). Sebagai seorang pribadi, pemazmur merasa tertolak oleh orang-orang dan berada di titik yang rendah dalam hidupnya. Itulah mengapa ia berkata: "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan" (22). Tetapi, bagian mazmur itu juga merujuk kepada Mesias, yaitu Kristus Yesus, yang juga mengalami penolakan oleh orang-orang sebangsa-Nya, khususnya oleh para pemimpin agama Yahudi. Melalui bagian firman Tuhan ini, kita bisa belajar dua hal dari pemazmur. Pertama, kita belajar untuk selalu datang kepada Tuhan dalam doa dengan jujur dan terbuka. Pada saat kita berada di titik terendah dalam hidup kita pun, kita dapat datang dengan jujur di hadapan-Nya dan mengakui segala pikiran dan perasaan kita yang paling buruk sekalipun. Ketika kita terbuka di hadapan-Nya, Ia akan memberi kita kelegaan dan sukacita. Kedua, kita belajar dari pemazmur untuk menghargai setiap kesempatan hidup yang Tuhan berikan (24). Setiap hari yang Tuhan izinkan untuk kita masuki dan nikmati adalah anugerah-Nya. Terlepas dari apa pun yang menjadi pergumulan dan tantangan kita, sudah sepatutnya kita bersyukur. Dapat melewati sehari saja pun, itu karena rahmat dan anugerah Tuhan. Pergumulan kita hari ini bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak bila kita tetap percaya dan bersyukur kepada Allah. [STG]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |