Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/04/14 |
|
Kamis, 14 April 2011
|
|
Judul: Walau cawan pahit Apa yang berat dari pergumulan tersebut? Dari sisi kemanusiaan-Nya, Ia sedang menghadapi penderitaan yang berujung kematian. Namun Yesus sadar, kematian-Nya itu diperlukan untuk penyelamatan manusia berdosa. Tidak ada cara lain kecuali mati di salib menggantikan hukuman dosa umat manusia. Lebih dari itu, sebagai sosok Ilahi, Yesus harus menanggung dosa umat manusia di atas salib. Allah yang tidak mengenal dosa, dibuat menjadi seperti berdosa (2Kor. 5:21). Namun itulah kehendak Allah Bapa demi keselamatan umat manusia yang Dia kasihi. Beban semakin bertambah karena para murid, yang diharapkan memberi dukungan moral dan rohani, justru tertidur dalam dukacita (45). Di mana letak kemenangan Yesus? Saat Ia berani menaklukkan kehendak diri-Nya di bawah kehendak Bapa! Tuhan Yesus bukan sekadar tahu bahwa tidak ada jalan lain, tetapi Ia juga tahu bahwa itulah yang Bapa inginkan. Relasi-Nya dengan Allah Bapa menjadi kekuatan untuk taat pada kehendak Bapa. Saat anak Tuhan menghadapi ujian seperti yang Yesus hadapi, ia harus berani menaklukkan kehendaknya kepada Allah. Maka pada saat itulah kemenangan terjadi. Allah tidak pernah keliru menetapkan rencana dan kehendak-Nya atas hidup kita. Maka jangan pernah meragukan Dia. Percayalah, waktu Allah mengizinkan kita meminum cawan pahit, Kristus akan hadir menyertai dan memampukan kita meminumnya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |