Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/04/14 |
|
Kamis, 14 April 2022 (Minggu Pra-Paskah 6)
|
|
Perasaan apa yang muncul ketika kita tahu bahwa apa yang kita kerjakan sepenuh hati untuk orang lain ternyata sia-sia? Lazimnya, kita akan merasa sangat kecewa. Mungkin perasaan itu juga yang ada di dalam diri para perempuan yang mengikuti Yesus dan menangis karena melihat Yesus akan disalibkan. Alih-alih berterima kasih atas dukungan yang mereka berikan melalui tangisan, Yesus malah meminta mereka agar tidak menangisi-Nya (28). Yesus justru meminta para perempuan itu untuk menangisi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Apa yang mereka lakukan untuk Yesus seolah-olah tak ada artinya. Betulkah begitu? Bisa "ya", bisa "tidak". "Ya", percuma karena semua tangisan itu tak akan mengubah apa pun. Yesus akan tetap dihukum mati dengan cara disalibkan. Bahkan Yesus sampai mengumpamakan mereka seperti orang yang minta diruntuhi gunung dan dijatuhi bukit, sangat menyakitkan (30). Namun, bisa juga "tidak" karena peristiwa penyaliban Yesus justru menjadi tonggak yang mengingatkan mereka semua tentang hal yang paling utama dalam hidup. Yesus memang akan meninggalkan mereka. Yesus tidak akan ada lagi bersama mereka secara fisik. Ketidakhadiran Yesus secara fisik menjadi saat untuk melihat dan mengingat bahwa selama masih ada kehidupan, mereka masih mempunyai kesempatan untuk mengerjakan segala yang baik dan benar. Sebab, apalah yang dapat dilakukan dengan kayu yang mati? (31). Kematian Yesus akan menjadi hal yang percuma bila para pengikut-Nya sekadar menangis dan meratapi diri sendiri. Takut dan putus asa karena mengira Yesus tidak lagi peduli terhadap mereka. Sebaliknya, kematian Yesus akan tidak percuma bila para pengikut-Nya bersedia terus-menerus melakukan introspeksi, memeriksa apa saja yang sudah mereka lakukan. Apakah sudah mengerjakan semua yang Yesus perintahkan? Selama masih ada hidup yang dianugerahkan kepada kita, jalanilah hidup itu sebaik-baiknya, setepat-tepatnya, sebenar-benarnya. Hanya dengan cara itu kematian Yesus tidak percuma. [JCP]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |