Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/04/19 |
|
Kamis, 19 April 2018 (Minggu ke-2 sesudah Paskah)
|
|
Pada tahun 155 M, hiduplah seorang Uskup di kota Smyrna yang bernama, Polycarpus. Dia ditangkap oleh pemerintah Romawi untuk diadili. Saat diminta perwira Romawi untuk menyangkal imannya, dia menjawab, "Selama 86 tahun aku berbakti kepada Kristus dan selama itu belum pernah Dia mengecewakan aku. Bagaimana aku dapat mengutuki Raja yang menyelamatkan aku?" Sikap teguh dan kesetiaannya kepada Yesus mengakibatkan dirinya dibakar pada sebuah tiang gantungan. Penderitaan tidak pernah lepas dari hidup manusia. Sebab manusia yang ada di dunia adalah berdosa. Namun, kita perlu membedakan antara penderitaan yang disebabkan karena kesalahan diri sendiri atau karena iman. Penderitaan karena kesalahan diri tentu tak patut dipuji, justru dijadikan sebagai cara untuk memperbaiki diri. Penderitaan karena iman dilihat sebagai ganjaran yang mesti kita terima. Meski sebagai sebuah kasih karunia dari Allah, terkadang harus diakui terasa berat untuk ditanggung. Di sini penulis mengajak umat untuk tidak fokus pada luka dan penderitaannya, tetapi mau melihat Tuhan. Dia yang telah dicaci maki, difitnah, diludahi, dipukuli bahkan sampai dibunuh di kayu salib adalah kekuatan bagi orang percaya. Salib adalah lambang kutukan dan penghukuman. Setiap orang yang disalib dianggap sebagai orang yang dikutuk dari hukum pemerintah dan agama. Menariknya Yesus tidak tidak menggunakan kekuasaan-Nya untuk menghukumnya. Sebaliknya Dia menerimanya dengan keiklasan sebagai bagian hidup yang harus dijalani demi untuk penyelamatan manusia. Keteguhan hati untuk tetap setia, meski penuh penderitaan inilah yang harus dijadikan arah dan pandang umat percaya. Oleh bilur itu kita diselamatakan. Saat ini banyak sekali orang yang tidak kuat dengan penderitaan hidup. Banyak yang meninggalkan Tuhan karena tidak kuat dengan tekanan, penderitaan, dan kesuskesan hidup. Saat kita menderita, marilah kita selalu memandang penderitaan Yesus yang jauh lebih besar. Mari memandang salib, yang menjadi kekuatan kita. [AHH] Pengantar Kitab Kejadian Kejadian, kitab pertama yang diletakkan dalam Alkitab, merupakan sebuah kitab yang menuliskan banyak peristiwa besar yang terjadi pada permulaan sejarah dunia ini. Sebut saja kisah penciptaan (psl. 1), kejatuhan manusia ke dalam dosa (psl. 3); peristiwa air bah (psl. 7), dlsb. Pemaparan berbagai peristiwa tersebut dipercaya dilakukan oleh Musa, di bawah pengilhaman Roh Kudus. Bukan hanya itu, Musa juga dipercaya sebagai penulis seluruh kitab Pentateukh (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan). Beberapa bagian Alkitab menyatakan kesaksian tentang hal itu, seperti 1Raj. 2:3; 2Raj. 14:6; Ezr. 6:18; Neh. 13:1; Dan. 9:11-13; Mal. 4:4; Mrk. 12:26; Luk. 16:29, 31; Yoh. 7:19-23; Kis. 26:22; 1Kor. 9:9; 2Kor. 3:15. Dalam Kitab Kejadian, kita melihat awal sejarah keselamatan dan penebusan yang dilakukan Allah bagi manusia. Kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa bermula dari bujuk rayu ular di Taman Eden. Adam dan Hawa yang tergoda, jadi terbuka matanya, dan kemudian mendapati diri mereka telanjang. Lalu Allah memakaikan kulit hewan kepada mereka untuk menutupi ketelanjangan mereka. Peristiwa pengurbanan hewan sebagai akibat keberdosaan manusia pertama adalah salah satu dari beberapa tipologi pengurbanan Yesus di kayu salib yang terdapat dalam kitab Kejadian. Tipologi lain adalah bahtera Nuh atau domba yang tersangkut di semak belukar sebagai ganti Ishak yang tidak jadi dikurbankan Abraham. Kitab Kejadian menyediakan suatu landasan hakiki bagi Pentateukh dan semua penyataan Alkitab. Kejadian memuat satu-satunya catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam semesta, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota, bahasa, bangsa-bangsa, Israel, dan sejarah penebusan. Kitab Kejadian ditulis sesuai tujuan Allah untuk memberikan umat perjanjian-Nya suatu pemahaman mendasar tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia, kejatuhan, kematian, penghakiman, perjanjian, dan penebusan manusia melalui keturunan Abraham. Belajar kitab Kejadian seharusnya membuat kita tunduk kepada Allah, yang telah menciptakan kita dan dunia. Kemahakuasaan-Nya nyata, tetapi kasih-Nya atas angkatan demi angkatan juga tidak berkesudahan. Maka percaya dan taati Dia adalah satu-satunya pilihan.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |